PWMU.CO – Perkaderan yang sifatnya formal, non formal dan perkaderan informal perlu diintegrasikan menjadi satu kesatuan. Sehingga mampu menghasilkan sistem perkaderan yang holistik.
”Formulasi sistem perkaderan inilah yang kini digagas oleh Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Jawa Timur,” ujar Miftakhul Khoir dalam Pleno Loka Karya II Sistem Perkaderan Pemuda Muhammadiyah di Jakarta, Sabtu (29/7).
(Baca: Soal Perppu Pembubaran Ormas, Fandi Utomo, Siapa yang Berhak Manafsirkan Pancasila?)
Ketua Bidang Kader PWPM Jatim ini menjelaskan bahwa integrasi perkaderan perlu dilakukan agar alumni Baitul Arqom Madya (BAM) ataupun Baitul Arqom Dasar (BAD) tidak hilang begitu saja. Para alumni perkederan formal harus tetap diakomodir dan diselamatkan lewat perkaderan non formal dan informal.
”Proses perkaderan, baik formal, non formal dan informal harus terus dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan. Asalkan tetap berada pada rel Persyarikatan Muhammadiyah,” papar Khoir di hadapan peserta Loka Karya II yang berasal dari perwakilan PWPM se-Indonesia.
Lebih lanjut Khoir memaparkan tentang ‘Visi Tri Sukses Perkaderan’ yang dibawa PWPM Jatim. Pertama, screening dan mapping peserta. Kedua, kelengkapan administrasi proses perkaderan. Ketiga, pemantauan rencana tindak lanjut (RTL) yang berkualitas dan berkelanjutan yang dibuat sistematis dan didokumentasikan.
(Baca juga: Hal Ini Wajib Dilakukan Pemuda Muhammadiyah agar Jadi Pemenang Globalisasi)
”Dengan 3 hal ini diharapkan akan mampu melahirkan instrumen budaya dakwah yang senantiasa baru dalam ber-Muhammadiyah,” urainya.
Dalam Loka Karya II Sistem Perkaderan Pemuda Muhammadiyah pada tanggal 28-30 Juli 2017 ini, PWPM Jatim diwakili oleh 3 orang, yakni Miftahul Khoir, Afnan Nafi dan Ma’in.
”Loka karya kali ini diharapkan bisa menentukan garis besar haluan perkaderan. Yakni, sebagai ikhtiar Pemuda Muhammadiyah untuk menjaga tradisi ber-Muhammadiyah,” ungkapnya.(izzudin/aan)