PWMU.CO – Posisi Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan (HW) sangat strategis dalam Kurikulum Merdeka. Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Majelis Dikdasmen dan PNF Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan M Said SPd MPd dalam Upgrading Pembina HW yang diselenggaraka Kwarda HW Kabupaten Lamongan di SMA Muhammadiyah 1 Babat, Ahad (14/01/2024).
Hadir dan ikut memberikan materi dalam kegiatan yang diikuti 200 peserta tersebut, Ketua Kwartir Pusat Aman Suyadi, Wakil Ketua Kwarwil Jawa Timur Fathurrahim Syuhadi, dan Ketua Kwarda Lamongan Yusup Ismail.
Buah Reformasi, HW Dibangkitkan Kembali
Said mengungkapkan salah satu dampak reformasi 1998 di Indonesia adalah bangkitnya kembali GerakanKepanduan Hizbul Wathan yang didirikan KH Ahmad Dahlan tahun 1918 dengan nama Padvinder Muhammadiyah di Yogyakarta. Nama tersebut kemudian diganti dengan Hizbul Wathan (HW) pada tahun 1920, sehingga HW berkembang di seluruh Nusantara.
“Gerakan Pandu HW terpaksa divakumkan akibat adanya Keputusan Presiden No. 238/1961 yang mengatur tentang Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi penyelenggara pendidikan kepanduan di Indonesia,” ujar aktivis Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) era 1990-an ini
Dia menjelaskan Pramuka merupakan akronim Praja Muda Karana, yang berarti jiwa muda yang suka berkarya. Kata ini dipilih sebagai nama organisasi kepanduan nasional yang dibentuk pada tahun 1961 oleh Presiden Sukarno. Namun, kata Pramuka sebenarnya berasal dari kata sansekerta Poromuko yang berarti pasukan terdepan dalam perang. Kata tersebut diusulkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang ditugasi menyatukan gerakan kepanduan di Indonesia.
Lembaga Muhammadiyah Wajib ada HW
Menyinggung posisi HW dengan Pramuka, Said mengungkapkan Pramuka dan HW sama-sama gerakan kepanduan. Pramuka bisa berarti scout yang juga bermakna kepanduan. Pandu HW adalah gerakan kepanduan yang mewadahi anggota khusus dari warga Muslim, sementara Pramuka mewadahi anggota dari semua kalangan.
“Berdasarkan watak dan prinsip Gerakan Pramuka dan Gerakan Pandu HW yang mirip bahkan sama, maka tidak relevan lagi jika masih ada yang mempersoalkan keberadaan kepanduan HW di lembaga pendidikan Muhammadiyah,” tegas mantan Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Lamongan ini
Menurut Anggota Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Pangkatrejo ini, di lembaga pendidikan Muhammadiyah wajib ada HW. “Kepala sekolah atau madrasah Muhammadiyah wajib memfasilitasi terselenggaranya kegiatan kepanduan HW,” kata Said.
HW dan Kurikulum Merdeka
Menyinggung kaitannya dengan Kurikulum merdeka, kepala SMP negeri di kota Babat ini menjelaskan keberadaan aktivitas pandu HW sangat mendukung implementasi Kurikulum Merdeka, terutama implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang terjadwal secara kokurikuler.
Mantan Kepala SMP M Muhammmadiyah IV Maduran ini menerangkan Profil Pelajar Pancasila memiliki enamdimensi utama meliputi beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong-royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
“P5 pada satuan pendidikan diterapkan melalui budaya sekolah, intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler,” tegasnya
Said menjelaskan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang ditetapkan oleh sekolah untuk mengembangkan minat dan bakat siswa. Ada banyak jenis kegiatan ekstrakurikuler, salah satunya adalah kegiatan kepanduan seperti pramuka. “Kalau di sekolah dan madrasah Muhammadiyah Pandu Hizbul Wathan,” ujarnya.
HW Membentuk Karakter Pelajar
“Kegiatan Pandu HW menitikberatkan proses pembentukan karakter dengan penerapan prinsip soko guruyaitu belajar mengetahui (learning to do), belajar berbuat (learning to do), belajar hidup bersama dalam masyarakat (learning to live together) dan belajar untuk melayani atau mengabdi (learning to serve),” terang Said
Menurutnya, berbagai keterampilan membentuk karakter dan menjadikan kader-kader bangsa sebagai manusia seutuhnya. Pandu HW memanusiakan manusia secara komprehensif integral (utuh menyeluruh) baik aspek kognitif, psikomotor, afektif, hingga spiritual.
Dia menegaskan Profil Pelajar Pancasila, P5, dan Pandu HW memiliki hubungan yang erat dalam pembentukan karakter pada Kurikulum Merdeka. Meskipun P5 dan kepanduan merupakan kegiatan tersendiri dan memiliki tujuan pencapaian masing- masing, namun kedua kegiatan itu memiliki hubungan.
“Benang merah keduanya terletak pada dimensi Profil Pelajar Pancasila dan Janji serta Undang-Undang Pandu HW yang dalam Pramuka disebut Tri Satya dan Dasadarma,” ujarnya. (*)
Penulis Fathurrahim Syuhadi Editor Mohammad Nurfatoni