PWMU.CO – Siswa SMA Muha Genteng Banyuwangi Jawa Timur bertandang ke Desa Adat Alas Malang dalam rangka penerapkan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), Ahad (14/1/2024).
Siswa SMA Muhammadiyah 2 (SMA Muha) Genteng Banyuwangi mengadakan lawatan ke Desa Adat Alas Malang Kecamatan Singojuruh Banyuwangi dalam rangka menggali budaya kebo-keboan di Desa Alas Malang yang sudah menjadi ikon budaya Banyuwangi.
Kebo merupakan bahasa daerah yang dalam bahasa Indonesia berarti kerbau. Disebut kebo-keboan berarti bukan kebo sungguhan yaitu seorang laki-laki yang berdandan seperti kebo untuk acara ritual dilaksanakan satu tahun sekali yaitu setiap tanggal 10 bulan Suro(Jawa).
Tepat pukul 09.45 wib rombongan, siswa SMA Muha tiba diloksasi dan disambut tokoh adat Desa Alas Malang. Doni langsung bercerita, bahwa tradisi kebo-keboan tidak terlepas dari kisah leluhur masyarakat setempat bernama Mbah Karti yang hidup sekitar tahun 1725 yang memiliki ilmu yang tinggi.
Konon di Desa tersebut terjadi wabah yang tidak hanya menyerang manusia tetapi juga hewah piaraan (kerbau) dan tanaman pertanian juga ikut mati.
“Akhirnya mbah Karti bersemedi untuk mendapatkan wangsit apa penyebab wabah di desa tersebut dan munculah wangsit (jawaban) jika ingin terhindar dari wabah (pagebluk) masyarakat harus mengadakan upacara dan selamatan masal (bersih Desa) dalam wangsit itu peserta upacara harus berdanadan layaknya hewan kerbau,” ungkapnya.
Adat Budaya dan Kesenian
Doni menjelaskan, seiring berjalannya waktu tradisi kebo-keboan sudah tidak murni lagi. khusus ritual adat masyarakat setempat sudah bergeser menjadi konsumsi publik dan dibalut dengan kesenian lewat koreografi (seni tari) yang dikondisikan sedemikian rupa dan memiliki daya tari wisata yang sudah masuk dalam ranah pemerintah daerah Banyuwangi.
“Sekarang sudah menjadi salah satu cagar budaya yang dilestarikan dan ada unsur bisnisnya karena setiap pengunjung harus membayar tiket masuk,” katanya.
Ditemui terpisah, Kepala Dusun Alas Malang Suyanto mengatakan, pada acara kebo-keboan saat ini sudah tidak murni ritual semata tetapi pemerintah hadir dalam rangka pelestarian upacara adat kebo-keboan agar hal seperti ini tetap lestari.
“Tujuannya agar generasi berikutnya tetap mengetahui budaya daerahnya,” jelas Anto panggilan akrabnya.
Tepat pukul 11.00 Wib rangkaian kegiatan usai dan rombongan siswa berpamitan pulang. (*)
Penulis Abdul Muntholib. Editor Ichwan Arif.