Kemajuan Iptek Jangan Menyisakan Kerusakan, Belajar dari PHIW Muhammadiyah; Oleh Estu Rahayu, Wakil Ketua Majelis PAUD Dasmen PDA Gresik, Guru SMA Muhammadiyah 1 Gresik.
PWMU.CO – Selama mengikuti Baitul Arqam Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Kabupaten Gresik di Royal Hotel Tretes View, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur Sabtu-Ahad (13-14/1/2024) lalu ada materi menarik bagi saya.
Materi itu adalah paham ideologi Muhammadiyah, yang salah satunya tertuang dalam Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM). Materi ini bisa dibaca oleh semua kalangan karena sudah diterbitkan berupa buku saku dan bisa dibawa ke mana-mana.
Buku PHIWM ini terbagi dalam lima bagian. Bagian yang menarik buat saya adalah bagian ketiga. Bagian ini mengatur kehidupan warga Muhammadiyah sebagai pribadi, dalam keluarga, bermasyarakat, bernegara, berorganisasi dan mengelola amal usaha Muhammadiyah maupun ‘Aisyiyah.
Selain itu ada juga bagian yang mengatur bagaimana warga Muhammadaiyah dalam menjalankan bisnis, jika berprofesi sebagai pengusaha. Kemudian mengembangkan profesi, apapun profesinya. Lalu kehidupan dalam berbangsa dan bernegara, melestarikan lingkungan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan mengembangkan seni dan budaya.
Materi itu saya pelajari saat bersama teman-teman yang tergabung dalam Majelis PAUD Dasmen mendapat tugas membuat poster tentang warga Muhammadiyah mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bagaimana Muhammadiyah mengarahkan kehidupan warganya dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
Sedangkan iptek akan terus berkembang sesuai kemampuan manusia pada masanya. Dan Muhammadiyah juga akan terus berkembang (insyaallah). Maka kehidupan warga Muhammadiyah perlu diatur di berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah maqbullah.
Di sana tertulis: Kehidupan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada angka satu disebutkan, setiap warga Muhammadiyah wajib untuk menguasai dan memiliki keunggulan dalam kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana kehidupan yang penting untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat.
Dasar hukumnya sl-Qasas 77, ”Dan carilah pahala negeri akhirat dengan apa yang dianugerahkan oleh Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh Allah tidak penyukai orang yang berbuat kerusakan.”
Orientasi menguasai iptek adalah akhirat, yaitu nilai kebermanfaatan bagi manusia dan hal itu menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir bagi penemunya atau pembuatnya. Siapapun bisa menjadi penemu atau pembuat karena Allah menciptakan manusia bersama akal pikirannya. Seperti Al-Khawarizmi dengan bukunya Al-Jabar, ahli matematika muslim ini ilmunya terus dikembangkan sehingga tercipta alat-alat modern dan elektrik.
Kemudian, Allah ingatkan untuk tidak lupa mengambil bagian dunia. Yaitu kebahagiaan dunia berupa kenikmatan materi, kekuasaan, kewibawaan dan derajat yang lebih tinggi di hadapan manusia dan sebagainya. Sebagiamana al-Mujadalah 11, “Allah mengangkat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Namun harus diingat, ketika memiliki kemampuan menguasai iptek tetap ingat peprintah Allah, berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Allah ingatkan manusia, pemuan dan penguasaan iptek itu untuk kesejahteraan bersama. Ini yang kadang lupa. Karena canggihnya iptek membuat tenaga manusia semakin tidak diperlukan. Ujungnya, hanya sebagian manusia yang menerima kebaikan dan sebagian laim mengalami kesengsaraan.
Dan jika ditarik benang merahnya, keunggulan iptek tidak boleh menimbulkan kerusakan di bumi. Seperti yang dialami sekarang, timbulnya pemanasan global, kenaikan suhu, cuaca ekstrim adalah kerusakan bumi akibat perhitungan teknologi yang salah.
Nah, saatnya warga Muhammadiyah mengambil peran. Menguasai iptek yang berkemanusiaan dan berkeadaban. Mendukung inisiasi Muhammadiyah dalam gerakan iklim atau Global Forum for Climate Movement. Mengatasi isu-isu perubahan iklim khususnya di tingkat global, tingkat akar rumput dan komunitas. (*)
Penulis Estu Rahayu Editor Mohammad Nurfatoni