Meneladani Nabi Muhammad
Selain kepemimpinan profetik, pemimpin yang ideal ialah pemimpin yang meneladani Nabi Muhammad SAW. Dalam masa kepimpinannya, Rasulullah SAW memiliki sifat shiddiq (jujur), amanah (dipercaya), tabligh(menyampaikan), dan fathanah (cerdas). Tentunya sifat ini dapat menjadi landasan kriteria pemimpin yang baik.
Tetapi yang perlu digarisbawahi, setiap pemimpin punya sikap kepemimpinan yang berbeda-beda tergantung karakter dan kepribadiannya. Meski begitu, ada kriteria tertentu yang akan membedakan pemimpin ideal dan kredibel dengan pemimpin biasa saja.
Mengutip laman detik.com, berikut lima kriteria pemimpin yang harus dipilih:
Pertama, pemimpin yang jujur. Tentunya kita pasti menginginkan dipimpin oleh orang yang jujur.
Sifat jujur sangat penting bagi seorang pemimpin. Kejujuran dapat membangun kepercayaan dari masyarakat terhadap pemimpinnya. Hal ini karena pemimpin harus memberikan contoh yang baik kepada rakyat yang dipimpinnya.
Rasulullah SAW pernah menegaskan salah satu sahabatnya untuk tidak meminta jabatan. Ucapan ini terekam dalam hadist riwayat al-Bukhari:
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ قَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ سَمُرَةَ لَا تَسْأَلْ الْإِمَارَةَ فَإِنَّكَ إِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا وَإِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا وَإِذَا حَلَفْتَ عَلَى يَمِينٍ فَرَأَيْتَ غَيْرَهَا خَيْرًا مِنْهَا فَكَفِّرْ عَنْ يَمِينِكَ وَأْتِ الَّذِي هُوَ خَيْرٌ
Artinya: “Dari Abdurrahman bin Samurah, beliau mengatakan, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku: ‘Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah kamu meminta jabatan, sebab jika kamu diberi jabatan dengan tanpa meminta, maka kamu akan ditolong, dan jika kamu diberinya karena meminta, maka kamu akan ditelantarkan, dan jika kamu bersumpah, lantas kamu lihat ada suatu yang lebih baik, maka bayarlah kafarat sumpahmu dan lakukanlah yang lebih baik.” (HR Imam al-Bukhari).
Kedua, pemimpin yang amanah. Amanah merupakan akhlak mulia yang artinya dapat dipercaya. Sifat ini dimiliki oleh Nabi SAW dalam melaksanakan perintah Allah dan menyiarkan agama Islam.
Hal ini dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam hadits yang artinya: “Sesungguhnya kepemimpinan merupakan sebuah amanah, di mana kelak di hari kiamat akan mengakibatkan kerugian dan penyesalan. Kecuali mereka yang melaksanakannya dengan cara baik, serta dapat menjalankan amanahnya sebagai pemimpin.” (HR Muslim)
Sifat amanah bisa saja diperoleh setiap calon pemimpin namun sangatlah sulit bagi mereka ketika telah terpilih sebagai pemimpin. Seolah mereka mulai terpesona oleh kedudukan dan kekuasaan sehingga mulai melupakan amanah yang justru menjadi hal terpenting dan akhirnya hanya menjadi janji-janji semata seperti saat mencalonkan diri menjadi pemimpin.
Oleh karena itu, seorang pemimpin haruslah bersikap amanah dan tidak curang. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menjelaskan, pemimpin yang curang tidak Allah masukkan ke dalam surga.
ماَ مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيْهِ اللَّهُ رَعِيَّةً، يَمُوْتُ يَوْمَ يَمُوْتُ، وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ، إِلاَّ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
“Tidaklah seorang hamba yang diserahi Allah untuk memimpin rakyat, lalu ia meninggal dunia dalam keadaan curang terhadap rakyatnya, kecuali Allah mengharamkannya masuk surga.” (Hadist riwayat Imam al-Bukhari)
Baca sambungan di halaman 3: Bertanggung Jawab