(Tidak) Penting
Tidak dipungkiri bahwa tingkat pengenalan masyarakat terhadap capres-cawapres, dari pemilu ke pemilu, relatif sangat rendah. Indikasi rendahnya tingkat pengenalan tersebut ditandai dengan masih tingginya sikap fanatisme dan primordialisme masyarakat terhadap calon tertentu tanpa menggunakan pertimbangan objektif rasional. Hal tersebut tentu sangat jauh berbeda dengan di negara-negara maju yang kesadaran demokrasinya relatif sangat tinggi.
Karena itu, keberadaan debat capres-cawapres antara penting dan tidak penting. Debat ini dikatakan penting, karena bagaimanapun ide-ide masing-masing paslon harus diketahui dan didengarkan oleh publik. Masyarakat hadir di ruang publik untuk mendengarkan ide para paslon tersebut. Masyarakat tidak boleh menjadi “pemilih buta” karena tidak memiliki informasi sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan pilihan.
“Capres-cawapres yang hebat bukan karena unggul dalam perdebatan atau yang paling mampu membuat pemirsa tertawa.”
Perlu diketahui, informasi terkait biografi paslon masih belum menjadi isu penting bagi masyarakat dalam melabuhkan pilihan di Pemilu 2024 ini. Karena itu, masyarakat minimal memiliki bekal informasi terkait konsep, program dan langkah masing-masing capres. Sejauh mana tingkat kelogisan dan keterkaitan gagasan paslon capres-cawapres dengan kebutuhan fundamental masyarakat. Kelak capres-cawapres terpilih minimal selaras dengan aspirasi logis masyarakat, bukan karena faktor fanatik dan emosi buta.
Namun demikian, debat juga bisa menjadi hal yang sangat tidak berguna atau bahkan tidak penting. Yaitu manakala debat capres-cawapres tersebut hanya didominasi oleh show of force oleh pendukung-pendukung yang kurang beretika.
Pendek kata, capres-cawapres yang hebat bukan karena unggul dalam perdebatan atau yang paling mampu membuat pemirsa tertawa. Capres-cawapres yang hebat adalah yang mampu menyerap aspirasi dan membaca harapan masyarakat, dan kemudian menerjemahkan dalam menyusun ide, konsep dan program kerja. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni