PWMU.CO – Kajian Ahad Pagi di Sidoarjo, Ketua PDM Lamongan KH Drs Shodikin MPd sampaikan tantangan dakwah Muhammadiyah abad kedua.
Kajian Ahad Pagi III Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sidoarjo menghadirkan ketua PDM Lamongan. Para jamaah dan warga Persyarikatan Muhammadiyah Sidoarjo berbondong-bondong menghadiri kajian yang bertempat di Masjid An-Nur, kompleks Perguruan Muhammadiyah, Jalan Mojopahit No 666 Sidoarjo, Ahad (21/1/24).
Di awal paparannya, KH Drs Shodikin MPd mengutip pernyataan Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr H Haedar Nasir MSi yang mengatakan ada empat ideologi yang dihadapi warga Muhammadiyah di abad kedua ini.
Pertama adalah multikulturalisme, yakni paham yang mengusung tentang pluralisme dan HAM, di mana warga Muhammadiyah harus berhati-hati terhadap paham tersebut. “Juga harus banyak mengikuti arahan petunjuk Persyarikatan mengadapi hal ini,” ujarnya.
Kedua, yakni Islamophobia atau gerakan-gerakan menciptakan citra negatif atau membrading Islam yg negatif di dunia global. “Ada gelombang dahsyat yang luar biasa, yaitu membuat narasa negatif yang memojokkan umat Islam, contohnya poligami, terorisme, jihad, dan lain sebagainya,” tuturnya.
Ketiga adalah konservatif atau gerakan yang merasa nyaman terhadap keadaan dan apatis terhadap kemajuan bangsa.
Sedangkan yang keempat adalah percepatan teknologi yang dahsyat terkait Revolusi Industri 4.0. Maka, umat Islam harus siap menghadapi ini dan mau tidak mau harus update diri mengenai perkembangan IT yang begitu cepat. “Jangan jadi umat yang diam di tempat tidak mau belajar,” ungkapnya.
Empat Tantangan
Dari empat ideologi yang dipaparkan, ada empat tantangan yang dihadapi Persyarikatan Muhammadiyah. Pertama, menurunnya militansi gerakan Muhammadiyah. Kedua, menurunya gerakan saling menolong sesama warga Muhammadiyah.
“Ketiga adalah egoisme sentris antar amal usaha Muhammadiyah (AUM), yakni merasa AUM satu sama lain paling besar atau paling produktif. Keempat, ada kelompok kecil yang kecenderungan mengikuti paham agama di luar Muhammadiyah, seperti salafi, yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan di internal Muhammadiyah,” jelasnya.
Kiai Shodikin kemudian menyampaikan apa yang harus kita lakukan, tidak lain yakni mencerahkan pikir dan hati kita. Di akhir penyampaikan, Kiai Shodikin mengutip al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 7:
خَتَمَ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَعَلٰى سَمْعِهِمْ ۗ وَعَلٰٓى اَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَّلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ ࣖ
“Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka telah tertutup, dan mereka akan mendapat azab yang berat.”
“Maka, banyaklah mengikuti kajian-kajian, baik di tingkat ranting, cabang, daerah guna menjaga hati tetap hidup tersambung dengan ayat-ayat al-Quran. Hati akan terlindungi dari penyakit hati atau penyakit lain,” pesan Kiai Shodikin. (*)
Penulis Sumardani. Editor Darul Setiawan.