Kekuatan Tradisional Fundraising oleh Joko Intarto, Direktur Lazismu.
PWMU.CO – Zaman boleh saja berubah kian digital. Generasi juga berubah menjadi milenial. Tetapi keberhasilan sosialisasi program zakat, infak, sedekah dan wakaf masih ditentukan cara-cara tradisional.
Ini fakta menarik. Berdasarkan hasil riset. Jadi sangat ilmiah.
Namun jangan menghabiskan waktu dan tenaga untuk mempersoalkan kesahihannya. Ini bukan riset politik seperti peluang capres yang direkayasa untuk membangun persepsi.
Riset ini untuk memberi panduan: Apa yang harus dilakukan untuk sosialisasi program fundraising zakat, infak, sedekah dan wakaf selama Ramadhan.
Kesimpulannya: para penceramah pegang peran! Bahkan sangat menentukan. Makin baik kolaborasi lembaga amil zakat dan wakaf dengan para penceramah, program fundraising akan makin berpeluang sukses.
Kolaborasi adalah kata kunci. Kolaborasi diartikan sebagai bekerja sama dengan stakeholder yang berkompeten untuk menyelesaikan masalah dengan tujuah memperoleh hasil terbaik.
Tidak semua tenaga amil zakat dan wakaf Lazismu mampu menjadi penceramah di atas mimbar. Kekurangan itulah yang ditutup melalui kolaborasi dengan asosiasi penceramah yang profesional.
Program penulisan naskah khutbah yang diterbitkan menjadi buku digital bisa menjadi program murah. Dengan format buku elektronik, materi khutbah bisa didistribusikan ke seluruh Indonesia untuk membantu para penceramah di daerah yang belum menemukan tema khutbah.
Apakah menulis naskah khutbah dan menerbitkan buku digital menjadi kesulitan para amil? Mulai sekarang belajarlah menulis. Untuk mengisi kekuatan tradisional fundraising.
Editor Sugeng Purwanto