Kerelawanan
Tetapi dia yakin ada aspek-aspek tentang masyarakat yang memengaruhi. “Demokrasi kadang-kadang menjadi tegang karena trust-nya hilang. Trust warga kepada pemerintah dan trust antarwarga negara. Kalau ada ketegangan diskrepansi antara elite pemimpin dengan masyarakat itulah problem-problem mulai muncul,” urainya.
Untuk menjelaskan bagaimana trust bisa muncul dan terpelihara panjang, dia mengisahkan dari literatur Barat. “Ada filsuf Prancis Alexis de Tocqueville. Dia penasaran. Tahun 1800-an, Amerika Serikat itu kan masa isolasionis. Amerika hanya membangun-membangun untuk dirinya sendiri dan sebentar saja jadi negara yang makmur karena enggak terlibat dalam urusan-urusan dunia,” ujarnya.
Ia lanjut mengisahkan, Alexis de Tocqueville mendengar kisah tentang Amerika yang maju pesat secara ekonomi. Karena penasaran, dia pergi ke Amerika. Di sana dia melihat, kemudian menulis buku yang menjadi rujukan ilmu politik.
“Salah satu rujukan penting mengenai demokrasi di Amerika. Dia bilang sebabnya bukan kekayaan, kesejahteraan atau kemakmuran negara tapi justru karena di tengah masyarakat Amerika yang dia lihat tahun 1800-an itu adalah rasa kerelawanan atau voluntarisme,” ungkapnya.
Dengan kerelawanan, kata Phillip, orang bersedia melakukan sesuatu untuk orang lain. “Ini sebetulnya modal sosial terbesar dari organisasi Muhammadiyah. Itulah kenapa Muhammadiyah berdiri sebelum ada negara yang namanya Indonesia. Makanya Kiai Dahlan bilang, jangan cari penghidupan di Muhammadiyah karena justru tujuannya adalah untuk menghidup-hidupkan,” tuturnya.
Kerelawanan itulah yang dilihat juga oleh si Alexis de Tocqueville di Amerika Serikat tahun 1800. “Yang menyebabkan mereka tumbuh berkembang. Karena trust antarmasyarakat sangat tinggi,” tegasnya.
Baca sambungan di halaman 3: Tidak Ribut