PWMU.CO – Ada cerita menarik yang disampikan Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Dr Biyanto MA saat memberi ceramah dalam acara Peresmian Klinik Umum KH Mas Mansyur milik Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Tandes, Ahad (30/7).
Biyanto berkisah tentang masa-masa awal berdirinya Klinik Mas Mansyur—kini Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surabaya—tahun 1924 oleh dr Soetomo. Menurutnya, dalam pidato kepada undangan yang rata-rata adalah Noni-Noni (bangsawan wanita) Belanda, Soetomo menghimbau kepada mereka untuk membantu agar klinik tersebut bisa berkembang.
(Baca: Ini Pidato Lengkap dr Soetomo saat Resmikan RS Muhammadiyah Surabaya)
Sebagai dokter yang cukup disegani, himbauan dr Soetomo pun bak gayung bersambut. “Maka seketika itu juga sebagian Noni-Noni Belanda melepas giwang (anting), gelang, dan kalung, serta uang tunai,” cerita dosen UIN Sunan Ampel Surabaya itu.
Kini, kata Biyanto, pelayanan Muhammadiyah di dunia kesehatan terbukti tidak diragukan lagi. “Contoh paling terbaru adalah Klinik Apung Tuhuleley. Itu adalah salah satu terobosan yang luar biasa. Di mana biaya pembuatannya sja menelan Rp 2,5 millar untuk 1 kapal klinik apung,” kata Biyanto sambil memerinci bahwa dana itu berasal dari kas PP Muhamamdiyah sebesar Rp, 15 M, bantuan Wapres Jusuf Kalla Rp 1 M. “Saat ini sudah punya 5 Klinik Apung, 3 bantuan dari AMCF dan 1 dari donatur.”
Inilah, kata Biyanto, komitmen Muhammadiyah yang selalu hadir dan memberi di manapun dan kapanpun, seperti simbolnya matahari yang selalu menyinari tanpa harap kembali. “Ini semangat Persyarikatan yang membuatnya eksis hingga abad ke-2 ini,” ujarnya.
(Baca juga: Kartu Sehat Siswa ala Muhammadiyah Tandes Dilaunching, Ketua PWM Jatim Ajak “Yasinan”)
Selain soal Noni Belanda, Biyanto juga menceritakan sebuah peristiwa yng terjadi pada Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar. “Ada seorang Walikota Sorong Papua yang ikut hadir. Beliau mendekati Pak Din Syamsuddin dan mengatakan bahwa berkat pendidikan Muhammadiyah dia bisa menjadi walikota. “Terima kasih Muhammadiyah,”ungkapnya seperti ditirukan Biyanto. Yang unik, walikota itu terkenang dengan sebuah doa sebelum belajar: Radhitubillahi rabba wa bil islami diina wa bimuhammadim nabiyya wa rasullah.
Fenomena itu, kata Biyanto, menunjukkan bahwa Muhammadiyah langkah ketika melayani tidak pandang suku, ras, dan agama. “Semua wajib dilayani,” kata Biyanto sambil mendoakan semoga keberadaan klinik yang baru berdiri ini mampu dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dan bisa menjadi sinar matahari di Surabaya barat.
Klinik Mas Mansyur Tandes berawal dari langkah PCM Tandes yang diketuai Mashudi untuk menghimpun Dana Sehat Siswa MIM 23, SD dan SMP Muhammadiyah 14 Manukan. Mulanya dana sehat itu di kelola oleh RS PKU Muhammadiyah Surabaya yang ada di Jalan KH Ms Mansur.
(Baca juga: Di Era JKN, Muhammadiyah Siapkan 1.000 Klinik Kesehatan)
“Prosesnya panjang sejak Desember 2016, ketika direktur rumah sakit berkunjung ke Perguruan Muhammadiyah Tandes. Saat itu muncullah keinginan agar 3 AUM menjalin kerjasama. Dn puncaknya adalah siang ini saat Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya meresmikan Klinik Mas Mansur ini,” kata Mashudi.
Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya Drs Zayyin Chudlori MA dalam sambutannya menjelaskan bahwa secara nasional PP Muhammadiyah mendorong agar berdiri 1000 klinik. “Khusus di Surabaya dari 27 PCM, baru ada 6 klinik. Ini harus terus didorong. Semoga dengan bertambahnya amal usaha ini, PCM Tandes ini bisa istiqamah dalam melayani umat di bidang kesehatan,” pesannya. (Ferry Yudi AS)