Dosen yang Motivator
Sebagai dosen, Fuad Amsyari sukses. Dr dr Handayani adalah salah satu mahasiswanya dan kini memegang amanah sebagai Dekan FK Universitas NU Surabaya (Unusa). “Beliau sebagai dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat, selalu memberikan penguatan kepada kami sebagai generasi penerus agar bisa berperan sebagai agent of change di bidang kesehatan,” tutur Bu Yani, panggilan akrabnya.
“Beliau sering menjadi narasumber di berbagai kegiatan kajian atau pengaderan. Misal, beliau narasumber di Islamic Intensive Course (IIC) di Masjid Universitas Airlangga. Hal yang serupa di Masjid Al-Falah Surabaya. Juga, di berbagai kajian Islam di FK Unair. Pun, sering menjadi motivator bagi aktivis HMI,” lanjut perempuan yang di sekitar 1984-1986 aktif di Masjid Unair Kampus B ini.
“Pendek kata,” kata Bu Yani, “Beliau sangat energik dan pandai memotivasi kami untuk maju. Terkait motivasi, sampai di usianya yang sepuh, beliau masih sering menulis opini yang menggugah umat Islam agar berpolitik. Beliau sampaikan, bahwa kita harus aktif mengambil bagian dalam proses pengambilan kebijakan di negeri ini”.
“Beliau tak kenal lelah. Misal, sering menjadi jujukan bagi teman-teman aktivis jika kesulitan mencari narasumber untuk kajian kepemimpinan atau keislaman. Beliau terus berjuang hingga akhir. Dengan tulisan-tulisan pendek di berbagai media, beliau terus membakar semangat kami para murid dan yuniornya,” pungkas Bu Yani yang tinggal di Surabaya ini.
Sebagai dosen, Fuad Amsyari berhasil. Banyak mahasiswanya yang sukses, tak hanya sebagai dokter profesional tapi juga pendakwah. Salah satunya, Dr dr Zainullah SpP. Terakhir, dia berdomisili di Lumajang.
“Saya awal mengenal beliau 1982, setahun setelah menjadi mahasiswa FK Unair. Ceramah-ceramahnya bergizi dan menggugah ghirah. Menggugah, agar ikut berjuang sebagai bagian dari barisan kebangkitan umat,” kenang lelaki kelahiran Bangkalan ini.
Sebagai dosen, Fuad Amsyari berhasil. Adalah dr. Jamaluddin Sp.M.(K), salah satu mahasiswanya. Si murid, sekarang tenaga senior di Rumah Sakit Mata Masyarakat (RSMM) di Surabaya.
“Saya terkesan dengan cara mengajar beliau yang sangat lugas, dengan logika yang mudah dimengerti. Salah satu tips cara belajar efektif yang beliau ‘ijazah’-kan kepada kami ketika mengajar di kelas, adalah bahwa mahasiswa harus banyak menguasai ilmu. Caranya, dengan banyak membaca buku. Supaya cepat mengerti kandungan isi buku, bacalah dengan cepat dalam sehari satu sampai dua buku. Bacalah dan harus selesai. Catat poin-poin pentingnya, sehingga awet di memori kita,” demikian lelaki yang sekarang tinggal di Kamal Madura ini mengenang sang guru.
Baca sambungan di halaman 3: Kadenya Lintas Usia dan Kalangan