Kadernya Lintas Usia dan Kalangan
Perhatikanlah, yang memberikan testimoni di atas adalah tiga orang murid sekaligus ‘murid’ Fuad Amsyari. Sebagai murid, karena ketiganya adalah mahasiswa Fuad Amsyari di FK Unair. Sebagai ‘murid’ (murid dalam tanda kutip), karena ketiganya sering mengikuti berbagai kajian keislaman dari Fuad Amsyari.
Berikut ini, testimoni dari sebagian ‘murid’ Fuad Amsyari. Mereka tak pernah mendapat kuliah langsung di bidang kedokteran dari Fuad Amsyari. Tapi, mereka sangat merasa sebagai murid.
Memang, banyak kelebihan Fuad Amsyari. Salah satunya, dia mudah bergaul dengan beragam kalangan bahkan dengan yang usianya terpaut jauh di bawahnya.
Mantan Sekretaris Umum MUI Jatim apt Ainul Yaqin SFarm MPd termasuk yang dekat dengan Fuad Amsyari. Tak canggung, sesekali, bahkan Fuad Amsyari yang menelepon Ainul Yaqin untuk berbicara atau berdiskusi tentang persoalan umat yang sedang aktual.
“Beliau sosok pribadi yang istikamah dengan perjuangan dan dakwah. Gagasan yang terus disuarakan adalah Islam kaffah. Dalam konteks itulah di akhir usia beliau di mana-mana bicara Islam politik. Aktivis Muslim, menurut beliau, harus disadarkan pentingnya Islam politik, yang itu bagian tak terpisah dari Islam yang kaffah. Untuk mewujudkan Islam politik, harus ada sistem pengaderan,” tutur lelaki yang tinggal di Gresik ini mengenang Fuad Amsyari.
Selanjutnya, adalah Drg Mohamad Junaidi SpPros MARS. Terakhir, sebelum pensiun, dia adalah Kabid Yanmed Keperawatan dan Diklit di RSUD dr M Soewandhie Surabaya.
“Pak Fuad seorang tokoh muda di tahun 1980-an yang berhasil meletakkan dasar dakwah Islam lebih modern tanpa meninggalkan tradisi yang baik. Hasilnya, sebagian besar aktivis yang sekarang sedang berperan di dakwah keislaman adalah didikan atau santri beliau,” kata lelaki murah senyum yang sekarang berkhidmat di RSI Surabaya ini.
Kenangan Penulis
Saya sendiri, punya kenangan? Ada! Saat itu, 1984, saya memulai kuliah di Unair. Singkat kisah, akan ada acara menarik di Masjid Univesitas Airlangga (MUA) yaitu Islamic Intensive Course (IIC). Saya-pun mendaftar sebagai peserta IIC, periode Februari-April 1984.
Pada pelaksanaannya, IIC penuh pesona. IIC berlangsung tiap Ahad. Materi dan pematerinya sangat menarik. Untuk materi, sebagai berikut: Tauhid, al-Qur’an dan al-Hadits, Nilai-Nilai Ibadah Mahdhah, Sejarah Perkembangan Tasyri’ Islam, Sejarah Peradaban Islam, Moral Islam, Metode Diskusi, Pengantar Manajemen dan Kepemimpinan, serta ditutup dengan Seminar.
Untuk pemateri, misalnya, ada Fuad Amsyari. Beliau asyik dan mampu membakar semangat peserta. Tokoh bersuara lantang memberi materi Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Penyampaian beliau menggugah. Penugasan beliau bermanfaat. Saat itu, sebagai tugas rumah, peserta diminta untuk mendaftar dan mengumpulkan ayat-ayat operasional yang di dalam al-Baqarah.
Di situlah, peserta dibangkitkan semangatnya untuk berislam secara kaffah. Dibangunkan kesadarannya, untuk menjadikan al-Qur’an dan Hadits sebagai pedoman utama di keseharian.
Fuad Amsyari telah berpulang ke Rahmatullah. Semoga beliau bahagia di Sisi Allah. Semoga beliau terus teraliri pahala dari amal jariyah, terutama dari arah ilmu-ilmu yang kemanfaatannya terus dirasakan dan dikembangkan oleh semua murid dan ‘murid’nya.
Insya Allah, semua ceramah dan kajian keislaman yang pernah beliau sampaikan adalah amal jariah. Semua tulisan beliau, baik berupa artikel dan buku insya Allah adalah amal jariah. Kemudian, dalam bingkai besar, segenap ide beliau untuk kukuhnya perjuangan umat Islam di negeri adalah amal shaleh yang berharga. Hanya Allah saja yang tahu balasan terbaik bagi hamba-Nya yang bernama Fuad Amsyari. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni