Negeri Ini Ternyata Lucu oleh Sugeng Purwanto, editor PWMU.CO
PWMU.CO – Pemilihan Umum (Pemilu) itu hajat negara. Karena menjalankan amanat konstitusi. Tolok ukur negara demokrasi. Pelaksanaannya diatur undang-undang. Sebagai pegangan pemerintah untuk menjalankan amanah itu.
Dalam Pemilu ada kampanye calon presiden, wakil presiden, dan calon legislatif. Jadi kampanye itu termasuk bagian hajatan sah negara yang dilindungi undang-undang.
Dalam praktik Pemilu 2024 ini ada yang aneh. Ada calon presiden yang mendapat hambatan kampanye. Pinjam gedung mendadak dibatalkan oleh pengelolanya. Memakai lapangan desa tiba-tiba kepala desa menyusulkan surat pembatalan.
Di tempat lain polisi tidak memberikan izin. Ada pendukung Capres mau sewa bus untuk kampanye, ada surat pemberitahuan bus batal disewakan.
Kejadian ini hanya dialami oleh Capres-Cawapres Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. Dua kandidat lain Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud lancar-lancar saja.
Ini berarti ada orang yang tidak menyukai Anies-Muhaimin. Karena itu ingin menjahilinya. Padahal pembenci Anies-Muhaimin ini tahu Pemilu itu hajat negara. Kalau menghalang-halangi kampanye bisa disebut melawan negara.
Ternyata mereka ini aman-aman saja. KPU dan Bawaslu ya diam saja. Tidak tersinggung. Padahal KPU dan Bawaslu itu panitia Pemilu.
Penghalang kampanye ini bukan pengelola gedung, bukan kepala desa yang punya lapangan, walaupun surat pembatalan itu mereka yang tulis. Tapi ada orang yang menyuruh mereka melakukan itu. Siapa orang itu?
Lazimnya pemerintah harus mengusutnya supaya terang benderang. Tapi semua dibuat misterius, gelap, supaya tercipta suasana horor. Ketakutan.
Semestinya orang KPU dan Bawaslu tersinggung kalau ada kandidat Capres-Cawapres yang telah disahkan dihalangi. Seharusnya mereka membela. Mau bersuara dan menyebut orang yang menghalangi kampanye itu melawan negara.
Inilah lucunya negeri ini. Dulu ada orang yang suka berteriak ini negara demokrasi. NKRI harga mati. Toleransi. Aku Pancasila. Anti korupsi. Ternyata itu slogan kosong. Praktiknya malah otoriter, NKRI untuk kepentingan sendiri, intoleran, pengkhianat Pancasila, dan koruptor. Jejak digital bisa menjelaskan itu.
Pemilu makin menampakkan perilaku orang-orang yang suka teriak paling NKRI itu ternyata ya begitu-begitu.
Kejadian pelarangan kampanye itu seperti mendapat jawaban. Dalam sepekan ini viral berita presiden mengatakan boleh kampanye dan berpihak. Untuk meyakinkan sampai menunjukkan pasal 281 dan 299 UU No. 7/2017 tentang Pemilu.
Rakyat pun tahu kampanye untuk siapa dan berpihak ke mana. Apalagi sebelumnya diperjelas oleh peristiwa Presiden Jokowi makan malam bersama Prabowo Subianto di Rumah Makan Seribu Rasa Menteng Jakarta, Jumat (5/1/2024). Foto makan malam itu tayang di akun Instagram @prabowo.
Lalu keduanya makan bakso dan es degan di warung bakso Bandongan, Magelang, Senin, 29 Januari 2024.
Inilah repotnya kalau Capres merangkap menteri yang belum mundur. Secara formal bisa beralasan Menteri Pertahanan Prabowo sedang mendampingi Presiden Jokowi dalam suatu acara.
Undang-undang memang membolehkan presiden berkampanye. Presiden Megawati dan SBY dulu juga berkampanye saat Pemilu. Kenapa di masa Jokowi jadi ramai?
Karena ada jejak perilaku politik yang lucu sebelumnya. Mulai mobil Esemka, janji swasembada pangan ternyata dipasok impor, jadi gubernur DKI Jakarta separo waktu, kereta api cepat, investor ibu kota negara, anak menantu jadi wali kota, anak langsung jadi ketua partai, skandal Mahkamah Konstitusi dan lainnya.
Kisah-kisah ini yang membuat negeri ini jadi lucu.
Editor Sugeng Purwanto
Discussion about this post