PWMU.CO – Tari topeng gunungsari meramaikan acara Capacity Building Ideopolitor PDM Kabupaten Pasuruan di Agromulia Prigen, Sabtu-Ahad (3-4/2/2024).
Sebelum sesi ke-8 membahas Fikih Kebudayaan menghadirkan pembicara dari LSBO PP Muhammadiyah, Khusen PhD alias Kiai Cepu, moderator Hadzrat M. Zulfikar tampil menari tari topeng gunungsari.
Tari Gunungsari memiliki motif gerak yang sederhana. Kesederhanaan terlihat dari banyaknya motif gerak yang dilakukan secara berulang.
Gerakannya alus mengalun, diselingi sigrak yaitu gerak dengan tenaga yang kuat dan penuh spirit.
Kesederhanaan pada aspek teknik terdapat pada arah hadap, level, dan tempo yang tidak banyak berubah.
Arah hadap ke depan dan mengikuti gerak tangan, level gerak yang konsisten yaitu level sedang, dan tempo yang sedang dan sedikit lebih cepat.
Pada aspek isi, tari Gunungsari bermakna sebagai manusia yang tenang, rendah hati, kuat, jujur dan dapat menjaga amanah, berhati-hati dan fokus, melindungi dan menghargai.
Usai menari, Zulfikar mengatakan, persiapan sehari untuk tampil menari di acara ini. Dia guru seni di SMK Muhammadiyah 1 Pandaan.
Dia menjelaskan makna tarian ini merepresentasikan upaya pencarian kebenaran oleh Raden Gunungsari di lereng Gunung Bromo.
“Tari topeng itu bersumber dari teks filologis dan folklor cerita Panji. Cerita ini sebagai kultur populer dari masa Kerajaan Majapahit,” katanya.
Penyajian tari dikemas sesuai tradisi. Seperti penggunaan topeng dengan lubang pernafasan dan mata yang sangat kecil. Durasi relatif lama. Oleh sebab itu, tari ini juga memiliki fungsi kontrol budaya pada pelaku dan penonton bahwa dalam pembawaan tari ini haruslah memiliki nafas yang kuat dan fokus yang tinggi, sehingga sangat dilarang udut alias merokok dan mendem (mabuk).
”Ketika membawakan tari topeng ini harus mempunyai nafas yang panjang untuk bisa tampil maksimal,” katanya.
Capacity building dibagi menjadi beberapa sesi. Sesi 1 Pengarahan dari PWM Jatim, Sesi 2 Bagian Umum, Sesi 3 Ideologi dan Kaderisasi, Sesi 4 Muhammadiyah dalam menghadapi proses demokrasi di Indonesia, Sesi 5 Sosial Muhammadiyah, Sesi 6 Pendidikan dan Keuangan, Sesi 7 Isu Politik dan Pembangunan Pasuruan, Sesi 8 Fiqih Kebudayaan, dan Sesi 9 Keorganisasian.
Penulis Luqman Wahyudi Editor Sugeng Purwanto