PWMU.CO – LSBO PDM Gresik menggelar Ngaji Budaya bareng Kiai Cepu di Cafe Dayyan yang berada di kawasan haritage Bandar Grissee Jalan Basuki Rahmat Gresik Jawa Timur, Ahad (11/2/2024).
Dalam kegiatan yang diselenggarakan Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik ini dihadiri oleh sekitar 30 orang yang terdiri dari unsur Unit Pembantu Pimpinan (UPP), praktisi budaya dan komunitas budaya yang ada di Kabupaten Gresik. Mereka sangat antusias dalam mengikuti kegiatan tersebut.
Hadir sebagai narasumber, Wakil Ketua Lembaga Seni dan Budaya Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kusen SAg MA PhD atau yang familiar disebut Kiai Cepu.
Kepada kontributor PWMU.CO, Penanggung Jawab Kegiatan Dewi Musdalifah mengutarakan Ngaji Budaya ini merupakan salah satu program kerja bidang seni budaya LSBO Gresik untuk terus konsisten merawat akar rumput kesenian dan kebudayaan yang ada di Kabupaten Gresik ini.
“Dan ini sangat penting, mengingat posisi strategis Gresik yang berada di jalur perdagangan masa lampau yang mempunyai banyak kebudayaan dan langsung bersinggungan dengan masyarakat lahir berkat peran para wali songo kala itu menyebarkan Islam di kota pudak ini seperti Sunan Giri dan Maulana Malik Ibrahim,” jelasnya Guru SMA Muhammadiyah 1 (Smamsatu) Gresik ini.
Semoga, harapnya, audiens dapat mengambil manfaat dan keberkahan ilmu dari kegiatan Ngaji Budaya hari ini.
Ngaji Budaya dengan Puisi
Pada sesi pemaparan materi, Kiai Cepu menjelaskan dengan ngutip kaidah Fiqih al-Wasail Laha Ahkamul Maqashid, sarana hukumnya sama dengan tujuan. “Jadi kalas tujuannya wajib maka sarana menjadi wajib dan ini terdapat dalam buku AD/ART Muhammadiyah,” katanya.
Menurut Kiai Cepu, penting membedakan antara gerakan fiqih dan gerakan dakwah. Arah baru gerakan dakwah muhammadiyah mestilah menyentuh akar rumput sampai pada masyarakat bawah. Dengan pola yang lebih lentur dan pelan pelan sesuai contoh dari Nabi Muhammad SAW.
Sehingga, lanjutnya, kebudayaan dan agama sejatinya dapat berjalan beriringan, karena budaya atau peradaban lahir dari pemikiran manusia.
Pada sesi dialog, audiens diberi kesempatan oleh moderator untuk memberikan pandangan tentang kebudayaan, contohnya Uripan Nada. Dia menyampaikan pandangannya sebagai guru di SMK Muhammadiyah 5 (Mulia) Gresik yang ketika suroan masih sering di ajak untuk mengikuti kegiatan kebudayaan masyarakat sekitar sekolah di Pesarean Sunan Kalijaga yang berada di atas bukit Surowiti
Pada akhir kegiatan Ngaji Budaya, tak lupa Kiai Cepu membacakan puisi dengan tampilannya yang khas memakai udeng dengan puisi yang berjudul Kakekku Pahlawan Aku Cucunya .
Aku hanyalah tanah liat anggaplah manusia
di bawah jembatan besi pinggiran kali deres
berjajar pondok bambu kata orang itulah real estate
sayang lokasi itu kini dikeramatkan dan kepadaku dikatakan ini Tanah Abang
belum puas kalian tendang aku dari pasar minggu sampai pasar senin
hingga aku terlempar di muara karang dengan nasib tak beda di bukit duri
silakan kalian bangun apa ini apa itu tapi tolong jangan ini itu kan nasibku
pembangunan memang harus merata tapi tolong jangan ratakan bangunan ku
Kelak jika di percaya rakyat yang amanah bukan nikmat mumpung sempat. (*)
Penulis Bening Satria Prawita Diharja. Editor Ichwan Arif.