PWMU.CO – Capres rayakan kemenangan sebelum waktunya dikritik Prof Dr Din Syamsuddin saat berbicara dalam Dialog Kebangsaan dengan topik Mengawal Demokrasi, seperti Apa Bangsa ke Depan? di TV One, Rabu (14/2/2024) malam.
Din Syamsuddin menyebut, pidato kemenangan Capres 02 yang disambut dengan gegap gempita oleh para pendukungnya dengan selebrasi dengan sangat berlebihan seolah-olah sudah menang. Padahal belum keputusan resmi dari KPU.
“Saya berpendapat ini melanggar nilai-nilai etika dan melanggar hukum yang ada dengan menghargai penyelenggara Pemilu yaitu KPU. Karena lembaga ini belum membuat keputusan. Dari sudut teologi ini semacam mendahului takdir. Ini mencerminkan filsafat Jawa: ojo adigung adiguna,” katanya.
Lantas Din Syamsudin mengingatkan dengan mengutip ayat al-Quran al-An’am: 44.
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.
Menurut Din, bagian dalam etika politik dan demokrasi, dia berpesan semua Paslon agar dapat menahan diri.
”Mari kita hargai proses demokrasi sesuai dengan judul acara ini sehingga ada keputusan KPU dan jika ada pihak-pihak yang tidak bersetuju maka tempulah jalur hukum,” katanya.
”Inilah etika demokrasi,” tambahnya.
Dalam paparan lainnya mantan Ketua Umum dan Ketua Dewan Pertimbangan MUI ini mengajak bangsa Indonesia bersyukur kepada Allah swt, bahwa Pemilu dan Pilpres 14 Februari 2024 telah berlangsung, walaupun dia mengaku tidak bisa memberikan predikat lancar apalagi baik.
“Karena proses belum selesai dan banyak fakta dan gejala yang mencemaskan sebelum Pemilu tersebut,” ujarnya.
“Kenapa kita harus bersyukur. Karena sejatinya Pemilu adalah jalan damai untuk pergantian kepemimpinan nasional,” katanya.
Menurut Din Syamsudin, salah satu yang mesti ditegaskan dan ditegakkan adalah Pemilu harus sesuai dengan nilai-nilai etika dan moral yang sudah dimasukkan dalam undang-undang tentang Pemilu, yaitu langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
”Namun nilai itu yang hilang dari Pemilu, Pilpres Indonesia 2024,” katanya.
“Saya menyakini banyak sekali fakta dan gejala dari tidak jujur dan ketidakadilan atau kecurangan yang terjadi selama Pemilu,” ungkapnya.
Dia mendorong pihak-pihak terkhusus Capres yang merasa dirugikan dengan proses Pilpres, untuk menggugat secara hukum. Karena Indonesia adalah negara hukum.
“Namun dengan catatan lembaga penegak hukum yaitu Mahkamah Konstitusi harus betul betul imparsial (tidak berpihak) dan harus menegakkan kejujuran dan keadilan,” tuturnya.
Dialog yang dipandu oleh Karni Ilyas ini mengundang narasumber Din Syamsudin, Aa Gym, Sujiwo Tejo, Yenny Wahid, Franz Magnis Suseno, Faisal Basri, Tom Lembong, Yusril Ihza Mahendra.
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Sugeng Purwanto