Keberuntungan Prabowo oleh Daniel Mohammad Rosyid, Guru Besar ITS dan Pendiri Rosyid College of Arts.
PWMU.CO – Keberuntungan Prabowo. Bisa saja istilah itu didebat orang dalam suasana penghitungan Pemilu 2024 yang masih memanas ini.
Bisa jadi ada ungkapan lain. Bukan keberuntungan tapi kecurangan. Tudingan itu dipicu aplikasi Sirekap yang bermasalah. Juga bisik-bisik terlibatnya aparat mengarahkan suara ke Capres 02.
Terlepas dari perdebatan itu, saya melihat dari analisis kualitatif berdasar tesis Mancur Olson: Pilpres 2024 sebagai tindakan kolektif oleh 200 juta pemilih cenderung asal pilih dan posisi gambar 02 yang di tengah kertas suara diuntungkan oleh asal pilih massal ini.
Asal pilih massal bisa disebut sebagai efek Olson yang sudah menjamin kemenangan 02 sebesar 25:50:25 persen dibandingkan dua kandidat lainnya.
Ini adalah keberuntungan 02 yang gambarnya di tengah akan tercoblos lebih banyak karena asal pilih massal.
Pengaruh efek Jokowi, dan bansos kecil untuk mengatasi asal pilih massal ini. Menurut Burhanudin Muhtadi, pengaruh dua faktor itu hanya menambah 2-3 persen suara.
Keberuntungan yang cukup besar justru karena migrasi suara pendukung Jokowi di Capres 03 beralih ke Prabowo karena Ganjar masih menyerang Prabowo dalam debat terakhir.
Bias intelektual para profesor dan tokoh-tokoh elite masyarakat pendukung 01 dan 03 yang rame-rame mengeroyok Jokowi justru menjadi bumerang bagi 01 dan 03. The emotionally silent majority justru mendukung 02 yang tampak terzalimi. Teringat Pilpres 2004 yang menjadikan suara SBY melambung.
Memperhatikan suasana menjelang dan saat Pemilu menurut saya ada keberuntungan Prabowo yang bisa dicatat.
Perbandingan persentase suara saya merujuk hasil riset Burhanudin Muhtadi dari UIN Syarif Hidayatullah tentang efek bansos, pengaruh Jokowi dan lainnya.
Pertama, mayoritas pemilih tidak kenal dekat ketiga Capres karena tidak punya waktu cukup untuk mengenal para paslon. Ini disebut sebagai rationally ignorant silent majority.
Kedua, jika pun kenal, mereka ini tidak tahu caranya menentukan pilihan. Memilih pemimpin sebuah negara itu sebuah proses multi-criteria, fuzzy, decision making yang kompleks. Akibatnya kebanyakan pemilih bertindak asal pilih di dalam bilik suara TPS.
Karena gambar 02 di tengah kertas suara yang tata letaknya horizontal, peluang tercoblosnya lebih besar daripada gambar 01 atau 03 yang berada di pinggir kiri dan kanan. Akibatnya, peluang tercoblos paslon 01,02 dan 03 masing2 kira-kira 25:50:25 persen.
Ini adalah sumber keberuntungan Prabowo yang pertama dan terbesar.
Pengaruh Jokowi dengan approval rating sangat tinggi berpengaruh. Jika pemilih tahu bahwa Prabowo didukung Jokowi, suara 02 bertambah sekitar 2 persen diambil dari pemilih 01 dan 03 masing-masing sebesar sekitar 1 persen.
Komposisi perolehan suara berubah menjadi 24:52:24 persen. Pengaruh bansos dan cawe-cawe aparat ada tapi juga kecil sehingga komposisi perolehan suara makin menguntungkan 02 menjadi 23:54:23 persen.
Keberuntungan kedua berasal dari kesalahan strategi 01 dan 03 yang dalam debat pertama menyerang 02. Perolehan suaranya menjadi 22:56:22 persen.
Keberuntungan ketiga diperoleh dari migrasi pendukung Jokowi yang semula mendukung 03 berubah menjadi pendukung 02. Perolehan suara akhir menjadi sekitar 22:59:19. Ini sama dengan Real Count KPU sampai hari ini.
Keberuntungan keempat kalau boleh disebut beli suara. Ini bisa dirasakan di kampung-kampung. Makelar suara Pemilu berkeliaran menawarkan jual beli suara.
Keberuntungan kelima, Prabowo sudah empat kali ikut Capres-Cawapres. Tiga kali Pilpres sebelumnya kalah. Maka Pilpres kali ini ada orang yang merasa kasihan kepadanya. Lalu dicoblos dia.
Gunung Anyar 25 Februari 2024
Editor Sugeng Purwanto