SD Muhammadiyah 6 Surabaya SD Muhammadiyah 6 Surabaya SD Muhammadiyah 6 Surabaya
  • Kabar
  • Opini
  • Suara Perserikatan
  • Kajian
  • Feature
  • Khutbah
  • Login
Senin, Juni 16, 2025
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
lazismu
  • Kabar
  • Opini
  • Suara Perserikatan
  • Kajian
  • Feature
  • Khutbah
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
  • Kabar
  • Opini
  • Suara Perserikatan
  • Kajian
  • Feature
  • Khutbah
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result
Home Kabar

Pembaruan Pendidikan KH Ahmad Dahlan Dulu Dicap Kafir, Sekarang Semua Memakai

Minggu 25 Februari 2024 | 20:16
in Kabar
3.8k 116
0
1.2k
SHARES
3.9k
VIEWS
SMP Muhammadiyah 5 Surabaya SMP Muhammadiyah 5 Surabaya SMP Muhammadiyah 5 Surabaya
ADVERTISEMENT
Pembauran pendidikan
Prof Dr Ma’mun Murod ceramah di Pengajian Sang Pencerah di Masjid al-Ghoriib Surabaya.

PWMU.CO – Pembaruan pendidikan KH Ahmad Dahlan itu keren sekali yang sekarang semua lembaga pendidikan mengikutinya.

Hal itu disampaikan Prof Dr Ma’mun Murod dalam ceramah Pengajian Sang Pencerah PDM Kota Surabaya di Masjid al-Ghoriib Tambak Oso Wilangun, Ahad (25/2/2024).

Pelaksana pengajian ini kerja sama Majelis Tabligh PDM Kota Surabaya dengan PCM Benowo. Streaming pengajian bisa dilihat di sini.

Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta Ma’mun Murod menjelaskan, pendidikan di nusantara itu dulu ada dua macam. Satu model pesantren yang seratus persen ilmu agama pakai kitab kuning.

umsurabaya umsurabaya umsurabaya
ADVERTISEMENT

”Saya termasuk pernah di pesantren Tambak Beras, punjere NU. Meskipun pada saat itu sudah ada gagasan-gagasan memasukkan ilmu umum,” katanya.

Satu lagi model Taman Siswa yang dikelola organisasi Budi Utomo pengajarannya semua ilmu umum.

Ma’mun mengatakan, yang diajarkan di pesantren itu agama dalam pengertian privat seperti bab thaharah, istinja’, shalat, zakat, haji, waris.

”Tidak membahas bagimana dulu umat Islam sudah sampai ke Spanyol, menaklukkan Eropa. Itu kan tidak mungkin dibahas di kajian bab thaharah, istinja’. Bab itu pasti yang dikaji itu bukan sesuatu yang luar biasa seperti membuat meriam, kapal dan sebagainya,” ujarnya.

Kiai Dahlan saat berada di Mekkah membaca pemikiran Muhammad Abduh tentang semangat pembaruan Islam dari pemikiran jumud yang membuat umat muslim terbelakang.  

Lalu pulang ke Jawa menawarkan pembaruan pendidikan dengan cara menggabungkan pendidikan agama dengan pendidikan umum.

”Yang awalnya sekolah duduk di lantai kemudian ganti meja kursi, bahkan pakai dasi, pakai pakaian ala Barat yang pada saat itu dianggap sebagai pakaian kafir,” tuturnya.

Maka Kiai Dahlan dikafir-kafirkan orang karena melakukan sesuatu di luar kepatutan pada zaman itu.

Tapi Kiai Dahlan bersikap apapun komentar orang kalau dia yakin apa yang dilakukan itu benar maka jalan terus.

”Sekarang model pembaruan yang ditawarkan Kiai Dahlan dipakai oleh semua lembaga pendidikan. Mana sekarang pendidikan yang tidak menggabung pendidikan agama dan umum. Hanya persentase yang berbeda. Mualimin misalnya pendidikan agama 70 persen, umum 30 persen. Kalau Madrasah Aliyah pendidikan agama dan umum hampir seimbang,” tuturnya.

Menyelesaikan Masalah

Menurut dia, selain pembaruan pendidikan, dakwah Kiai Dahlan itu juga menyelesaikan masalah masyarakat. Misalnya, ada orangtua mau menikahkan anaknya tak cukup biaya syukuran. Kata Kiai Dahlan, ya sudah cukup menikah saja yang penting syarat nikah terpenuhi, ada wali dan dua saksi, selesai.

Begitu juga ada orang bertanya mau tahlilan tapi tidak ada biaya, Kiai Dahlan tidak membid’ahkan tahlilan itu tapi berpendapat ya sudah cukup berdoa kapan saja.

Menurut dia, sebagian kecil orang Muhammadiyah saat berdakwah di tempat umum dengan tema bid’ah itu kaku dan kontra produktif.

Apalagi cara padang orang terhadap Muhammadiyah dari zaman Kiai Dahlan sampai sekarang belum berubah yaitu dianggap sebagai Wahabi.

Padahal, sambung dia, strata masyarakat itu kira-kira begini. Ada abangan, naik sedikit ada NU, naik sedikit lagi ada Muhammadiyah, naik lagi ada Persis. Kalau di Sulawesi Selatan ada Wahdah Islamiyah, itu bagian orang Muhammadiyah yang kecewa karena Muhammadiyah dianggap tidak galak, tidak keras. Di atas lagi ada Salafi.

”Jadi posisi Muhammadiyah hanya setingkat di atas NU, padahal di atasnya lagi masih ada yang keras-keras. Tapi cara pandang orang terhadap Muhammadiyah ini sampai kapan tidak berubah dianggap Wahadi padahal bukan,” tandasnya.

”Kenapa bisa begitu, karena dipelihara supaya jangan berubah kalau berubah selesai itu. Gak ada lagi proyek-proyek yang berkaitan NU-Muhammadiyah. Kira-kira begitu,” selorohnya.

Dakwah Kultural

Dia melihat pendekatan dakwah Muhammadiyah sekarang sudah banyak berubah. Prinsip u’du sabili rabbika bilhikmah wal mauizhatul hasanah wa jadilhum bilati hiya ahsan diterapkan dengan pendekatan kultural.

Dulu Muhammadiyah dipandang anti budaya. Hadrah misalnya bid’ah, marawis bid’ah. ”Tapi campur sari tak ada yang menyebut bid’ah,” guraunya.

Namun, dia menjelaskan, Muktamar Jakarta ada keputusan dakwah kultural. Keputusan ini muncul dengan kesadaran Islam hadir di tanah ini bukan di ruang hampa tapi sudah ada masyarakatnya dengan budaya macam-macam.

”Budaya itu yang seharusnya diisi, bukan dipinggir-pinggirkan. Sudah ada yang melaksanakan pentingnya dakwah kultural  misalnya ada pesantren Muhammadiyah main marawis dan hadrah,” ceritanya.

Fakta bahwa strategi dakwah masuknya Islam di nusantara ini dimasuki dengan kesenian dan perkawinan. Misalnya, juru dakwah yang menikah dengan anak raja kemudian masuk Islam.

Ma’mun Murod juga menerangkan,menurut disertasi Alwi Shihab, Alfian, Mitsuo Nakamura bahwa kelahiran Muhammadiyah itu untuk membendung Kristenisasi misionaris Belanda.

”Tapi yang dilakukan Kiai Dahlan bukan teriak-teriak di mimbar, seperti yang dilakukan sebagian orang Muhammadiyah dengan ayat wa lan tardho ankal yahudu wan-nashara hatta tatabi’a millatahum,” tuturnya.

Dakwah Kiai Dahlan, kata Ma’mun, prinsipnya apa yang Kristen punya Muhammadiyah juga harus punya.

Kristen punya sekolah Muhammadiyah harus punya, Kristen punya rumah sakit Muhammadiyah harus punya rumah sakit. Kristen punya panti asuhan Muhammadiyah harus juga punya panti asuhan.

”Itu cara membendung arus Kristenisasi yang cerdas. Kira-kira spiritnya itu,” ujarnya.

Penulis Dzanur Roin Editor Sugeng Purwanto

Tags: bid'ahDakwah KulturalKristensisasiPDM Kota SurabayaPengajian Sang Pencerah
SendShare496Tweet310Share
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
ADVERTISEMENT

Related Posts

Seburuk-Buruknya Landasan dalam Beribadah
Kajian

Seburuk-Buruknya Landasan dalam Beribadah

Minggu 8 Juni 2025 | 17:59
32
Halal Bihalal
Kabar

Beginilah Keseruan Halal Bihalal Guru dan Karyawan Muhammadiyah Surabaya Bareng Mendikdasmen RI

Jumat 25 April 2025 | 11:39
39
Surabaya
Kabar

Abdul Mu’ti Hadir di Syawalan Guru Muhammadiyah Surabaya, Ini Pesan Ketua PDM

Rabu 23 April 2025 | 12:27
69
Press Release: Aksi Bela Palestina di Surabaya Diundur Hari Sabtu
Kabar

Press Release: Aksi Bela Palestina di Surabaya Diundur Hari Sabtu

Kamis 17 April 2025 | 18:04
89
Silaturahim sesepuh pimpinan muhamamdiyah Surabaya periode 1990-2022. (Istimewa/PWMU.CO)
Suaramu

Jalinan Dakwah Berkelanjutan: Silaturahmi Sesepuh Pimpinan Muhammadiyah Surabaya Periode 1990-2022

Minggu 23 Maret 2025 | 20:37
50
Kabar

Serunya Darul Arqam SDM Limas Teladani Sahabat Ali bin Abi Thalib

Kamis 13 Maret 2025 | 04:59
20

Terpopuler Hari Ini

  • Gelar Kreativitas Siswa

    Anak PAUD Aisyiyah Mentari Percaya Diri Tampil di Panggung Gelar Kreativitas

    900 shares
    Share 360 Tweet 225
  • Mutuba Specta: SMPM 1 Babat Tutup Akhir Tahun Ajaran dengan Pagelaran

    68 shares
    Share 27 Tweet 17
  • Bergerak Bersama, Hidup Sehat Terwujud: Jalan Sehat Aisyiyah Kedungpring

    48 shares
    Share 19 Tweet 12
  • STIT Muhammadiyah Kediri dan USIM Malaysia Jalin Kerja Sama Global

    69 shares
    Share 28 Tweet 17
  • Hujan Pertanyaan! Kemeriahan Adu Ide dan Gagasan Calon Kepala Sekolah Kreatif Baratajaya

    48 shares
    Share 19 Tweet 12
  • Menjadi Penjaga Kalamullah: Wisuda Tahfidzul Quran ke-9 SD Mumtaz

    34 shares
    Share 14 Tweet 9
  • Guru SD Mudisa Jember Terpukau atas Penampilan Puisi Reksa saat Studi Tiru Sekolah Inklusi di SD Mupat

    31 shares
    Share 12 Tweet 8
  • Hangat dan Berkesan! Cafe Serundeng Jadi Saksi Momen Pisah Kenang Siswa Kelas 6-C SD Musix

    26 shares
    Share 10 Tweet 7
  • Perpisahan Tak Harus Haru, SD Mupat Rayakan Kebersamaan dengan Fun Games Seru

    25 shares
    Share 10 Tweet 6
  • Muhida Gelar Munaqosyah Akhir Sanah, Latih Mental Calon Hafidz Sukses

    24 shares
    Share 10 Tweet 6

Terkini

  • Haedar Nashir Ajak Belajar Ijtihad Politik Kasman Singodimedjo

    Haedar Nashir Ajak Belajar Ijtihad Politik Kasman Singodimedjo

    358747 shares
    Share 143499 Tweet 89687
  • Kokam Jatim Konsolidasi dan Nyatakan Sikap

    232987 shares
    Share 93195 Tweet 58247
  • Buku Saku Mudahkan Praktik Baitul Arqam Muhlibat

    231093 shares
    Share 92437 Tweet 57773
  • Kisah-Kisah dari PCIM Malaysia: Sanggar Bimbingan hingga Wasola

    171531 shares
    Share 68612 Tweet 42883
  • Siswa Disabilitas Smamsatu Borong Juara di Lomba Ini

    122380 shares
    Share 48952 Tweet 30595
  • Kelas Telkom Fiber Optik SMKM 5 Babat Diresmikan Kadindik Jatim

    122279 shares
    Share 48912 Tweet 30570

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
SMP Muhammadiyah 5 Surabaya SMP Muhammadiyah 5 Surabaya
  • Dewan Redaksi dan Alamat
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© PWMU.CO - PT Surya Media Jatim

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Suara Perserikatan
  • Aisyiyah dan NA
  • Kabar
  • Kajian
    • Ngaji Hadits
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Mediamu
  • Teknologi & Gaya Hidup

© PWMU.CO - PT Surya Media Jatim