PWMU.CO – Dakwah Nasyiatul Aisyiyah (NA) harus inklusif, sehingga orang lain tidak takut dengan kita, apalagi sungkan dengan kita, karena kita diposisikan elit di tengah-tengah masyarakat.
Hal itu ditegaskan Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Brondong, Drs Mat Iskan saat membuka Pelatihan Manajemen Organisasi (PMO) yang digelar Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah (PCNA) Brondong, Lamongan, Jawa Timur, Jumat (23/2/2024).
Selain inklusif, kata Mat Iskan, dakwah Nasyiatul Aisyiyah juga harus bisa mencarikan solusi, karena tidak semua yang ada di Indonesia ini dalam kondisi baik-baik saja. “Sehingga ketika berinteraksi, kita harus berani masuk pada komunitas-komunitas yang menghadapi persoalan, dan membantu mereka mencarikan solusi,” ucapnya.
Mat Iskan juga mengingatkan, agar kader Nasyiatul Aisyiyah bisa menjalankan 10 komitmen, setidak-tidaknya 50 persen dari komitmen nasyiah. “Jika hanya bisa melakukan 2 berarti 20 persen, namun jika tidak sama sekali berarti kita tidak bertanggung jawab pada 10 komitmen tersebut,” katanya.
Dia pun memberikan apresiasi atas terselenggaranya PMO yang digelar PCNA Brondong sebagai upaya memanajemen, merencanakan, mengelola, mengawal, supaya kegiatan organisasi tertib, terukur dan tepat sasaran.
“Perencanaan yang baik itu harus berdasarkan pada data atau bahan. Kita harus punya data tentang potensi perencanaan yang mendukung serta memahami sumber daya alam mendukung atau tidak, terukur atau tidak,” paparnya.
Ketua PCM Brondong dua periode ini menegaskan, jangan sampai Nasyiatul Aisyiyah membuat perencanaan yang fatamorgana, termasuk pelaksanaannya juga harus baik.
“Pelaksanaan itu sangat sulit, jadi jangan menunggu ideal, yang terpenting adalah berbasis kepercayaan, kebersamaan dan kedaulatan. Oleh sebab itu di Muhammadiyah terjalin kerjasama kolektif kolegial,” ulasnya.
Terkait dengan evaluasi dan monitoring, menurutnya kita ini masih rendah, sehingga dia mengajak Nasyiatul Aisyiyah harus punya perencanaan, proyeksi masa depan, punya optimisme, berjiwa besar, punya harapan dan melakukan kegiatan yang menarik.
“Karena orang baik jika masuk sistem tidak baik maka akan menjadi jelek. Sementara sistem yang baik tapi orang jelek maka akan banyak manipulasi,” tandasnya. (*)
Penulis Lilik Maftuhatul Jannah Editor Nely Izzatul