PWMU.CO – Strategi menulis berita tak kenal honor dan mood terungkap di sesi sambung rasa kontributor-editor pada Roadshow Milad Ke-8 PWMU.CO.
Ini menjawab curahan hati salah satu kontributor PWMU.CO wilayah Mataraman Rofi’ Zuliana MPd. Rofi’ curhat di aula Ki Bagus Hadikusumo Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) Kota Kediri, Sabtu (9/3/2024).
Siang itu, Pemimpin Redaksi (Pemred) PWMU.CO Mohammad Nurfatoni memimpin sesinya. Ia mempersilakan para kontributor untuk bertanya dan mencurahkan isi hatinya ketika mengirimkan berita ke redaksi selama ini.
Rofi’ Zuliana MPd, peserta dari AUM MIM 1 Pare Kediri, menyampaikan kekesalannya. “Semester satu saya menulis beberapa berita secara bersamaan. Karena ada tiga kegiatan dalam dua hari. Akhirnya saya langsung mengirimkan tiga berita ke admin PWMU.CO dan dibalas kalau mengirimkan berita ya satu-satu,” ungkapnya.
“Pernah juga sudah nulis panjang lebar, ternyata tidak diterbitkan. Padahal sudah berusaha melengkapi data dengan wawancara dari beberapa sumber,” kenangnya.
Alur Kirim Berita
Mendengar curhatannya, peserta siang itu langsung tertawa. Sementara Fatoni, sapaanya, menjelaskan strategi mempercepat proses editing dan penerbitan berita. Yakni dengan mengirimkan satu naskah dengan satu atau beberapa foto yang telah diedit, juga caption setiap foto.
Fatoni lalu memaparkan alur pengiriman yang sebenarnya bisa lebih dari satu berita. Pertama, mengirim berita ke nomor Admin PWMU.CO satu per satu. “Setelah dibalas dan diterbitkan, baru mengirimkan berita lagi, dan seterusnya,” imbuhnya.
Kedua, konfirmasi ke Pemred PWMU.CO sehari sebelumnya jika menulis berita lebih dari satu dari liputan mandiri sevara in the spit. Lalu mengirim beritanya ke Pemred PWMU.CO yang akan meneruskan ke editor.
“Kalau ada komplain juga bisa ke pemred,” kata Fatoni.
Ketiga, membuat grup liputan khusus ketika ada serangkaian kegiatan dengan beberapa orang penulis. “Laporkan ke Pemred PWMU.CO di grup tersebut. Lalu beberapa kontributor akan dimasukkan ke grup itu agar lebih cepat terbit beritanya,” terang Fatoni.
Tak Kenal Honor dan Mood
Rofi’ lanjut mengutarakan keresahannya yang belum terjawab. “Saya masih pemula juga Pak, pertama nulis karena terpaksa. Sampai saat ini pun saya menulis berita ketika mood saja, gimana solusinya?” ujarnya.
Fatoni, menjelaskan, niat karena Allah itu lebih tinggi sebagai motivator daripada honor dan mood. “Kuncinya nulis, menghadap laptop atau HP lalu menulus. Kalau ditidak dimulai mana bisa menghasilakn tulisan,” tegasnya.
Fatoni mengatakan agar mood terus mengalir dia menyarankan agar penulis atau wartawan banyak melakukan perjalanan. “Harus banyak healing. Selain itu harus banyak membaca,” kata dia.
Menutut Fatoni kalau sebagai wartawan profesional, sebenarnya ada mood atau tidak dia tetap dipaksa harus menulis karena ada target dan tenggat waktu. “Tapi kita sebagai wartawan relawan ini tidak ada reward dan punishmant sehingga tak ada target. Hanya dorongan motivasi dari dalam yang bisa membuat kita produktif,” katanya.
Setelah itu, salah satu panitia sekaligus kontributor dari Kota Kediri Gunardi yang tertarik dengan keluh-kesah Rofi’ memberikan buku hasil karyanya sebagai penghargaan.
Sesi curahan hati kontributor berlanjut. Muncul beberapa penanya selanjutnya. Ada Kamas Tantowi SPd MPd dari Trenggalek, Kung Ridho dari Probolinggo, Rahmat Syayid Syuhur MPd dari Gresik, Sunarno dari Ponorogo, Zainal Aqif dari Nganjuk, dan Dahlansae dari Kediri. (*)
Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni