PWMU.CO – Menjadi orangtua bijak, amanah, telaten, penyayang, dan lembut dalam mengurus anak adalah dambaan dan harus diusahakan setiap orangtua. Karena orangtua sejatinya sosok atau tokoh panutan untuk anak. Demikian disampaikan Pakar Psikologi Anak Bagoes Sanyoto MPsi pada silaturahmi sekolah dan wali murid kelas 1 SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya, di Auditorium TMB, hari ini (2/4).
Penulis buku Spirit of Change itu menegasakan orangtua harus menjadi teladan mulia bagi anaknya. Terlebih untuk urusan cinta kepada Allah. Untuk itu menurut Bagoes orangtua harus membiasakan diri mengaji al-Quran, kemudian mengajari anak untuk menyukai membaca al-Quran. ”Anak-anak harus senang membaca al-Quran. Ingat Allah itu wajib (dzikrulloh) dulu, kemudian berdoa (meminta) kebaikan-kebaikan kepada Allah, Bapak Ibu, karena itu kunci kesuksesan anak,” katanya dihadapan 150 audiens.
Bagoes mengatakan, menasihati anak harus tahu waktu dan yang paling baik adalah setelah makan, setelah shalat dan setelah mengaji. Karena di waktu itu anak akan memperhatikan betul. Nasihat dari orangtua juga tidak harus berbentuk “khotbah”, bisa juga dalam perilaku yang baik dari orangtua. ”Anak-anak akan mendengar dan melihat apa yang dikerjakan orangtua. Maka perlihatkan yang dapat diteladani anak. Misal, pagi hari, bertanyalah pada istri: ‘Dek, apakah kamu sehat hari ini? alhamdulillah, saya berangkat kerja ya!’ Begitu. Bukan, dek, I’m go. jangan,” dicontohkan Bagoes.
Lanjut Bagoes, setiap orangtua harus mendidik anak dimulai dari mau tidur, bangun, dan selama sadar maupun ketika hendak mengantar anak tidur. Bagoes menyarankan untuk berdialog dan mengajak anak berbicara. “Besok tolong kamu bangun sendiri ya, nak,” dia mencontohkan. Kata itu membangun karakter, kata itu direkam anak, pesan yang baik akan disimpan di alam bawah sadar dengan optimal.
Terakhir, Bagoes mencontohkan konsep lain dalam memberi teladen dalam mendidik anak, jika anak sedang tidak senang hatinya (bad mood), orangtua sebaikanya memakai “rumus” hek-hek-hek menghadapi anak. “Yaitu, permainan yang aturanya orangtua memberi pertanyaan dan menjawab sendiri. Contoh, sebutkan dua huruf yang tidak disukai seorang murid, jawabannya, pe (P) dan er (R), ek..hek.. hek…” tukas Pengasuh program Klinik Psikologi Anak di Radio Suara Surabaya itu lantas disambut applause seisi aula. (mulyanto/aan)