Pak Syam, Puasanya Seorang Tukang Batu; Oleh Nur Cholis Huda MSi, Penasihat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur 2022-2027; Penulis 22 buku inspiratif.
PWMU.CO – Rumahnya di daerah Pasuruan. Tapi sebagai tukang batu, daerah kerjanya di Surabaya. Itu karena banyak orang yang memerlukan jasanya. Bahkan banyak yang bersedia menunggu beberapa hari daripada menggunakan jasa tukang batu lain.
Dari segi keterampilan, dia rasanya sama dengan tukang batu lain. Tetapi orang menyukai dan bersedia menunggu Pak Syam karena dinilai dia seorang tukang yang amanah, terpercaya. Dia tidak pernah merugikan konsumen. Misalnya menjelang waktu zuhur kurang lima menit biasanya dia berhenti kerja lalu membersihkan diri. Beriap-siap shalat jamaah ke masjid terdekat. Selesai shalat disambung makan siang.
Dia lalu mengganti waktu yang dipakai shalat dan makan itu dengan mengakhiri jam kerja lebih sore dari jam biasa. Tidak ada konsumen keberatan dengan tindakan Pak Syam shalat jamaah karena mereka tidak dirugikan. Jam kerja Pak Syam ditambah. Pak Syam memang sangat patuh dalam beragama. Jika bulan Ramadhan tiba, Pak Syam ikut berpuasa penuh satu bulan. Malam hari Pak Syam ikut shalat tarawih dan tadarus.
Sebagai tukang bangunan tempat kerja Pak Syam tidak selalu di tempat yang dingin. Tidak selalu di dalam rumah. Kadang di tempat yang panas. Di atas atap atau didinding luar. Maka ketika puasa, untuk melawan terik sinar matahari kadang terlihat dia meletakkan handuk basah di kepalanya. Ketika kawan kerjanya makan minum di terik panas matahari, Pak Syam yang sedang puasa tampak tenang-tenang saja. Tidak tergoda sama sekali.
Inilah dua pelajaran penting dari Pak Syam: Niat itu lebih kuat daripada apa saja dan semua perintah Allah itu sudah diukur dengan kemampuan manusia.
Apa kunci yang menyebabkan Pak Syam punya daya tahan yang kuat?
“Niat!” kata Pak Syam. Menurut Pak Syam kalau orang sudah niat maka tubuh akan menyesuaikan sendiri. Kalau sejak semula sudah niat berpuasa, tubuh kita otomatis siap tidak makan dan tidak minum walaupun kita sedang bekerja. Niat lebih kuat daripada apa saja. Termasuk godaan makan minum meskipun orang sekitar kita sedang makan minum. Jika orang tergoda keadaan sekitar maka itu disebabkan niatnya kurang kuat. Niatnya lemah.
Tapi Pak Syam malam hari ikut tarawih dan tadarus. Tidak capek? Tarawih dan tadarus tidak lama. Kata Pak Syam, belum tentu tahun depan kita menangi (menjumpai) puasa lagi. Dan harus kita ingat, kata dia, bahwa semua perintah Tuhan itu sudah diukur dengan kemampuan manusia. Pasti manusia mampu melakukan.
Inilah dua pelajaran penting dari Pak Syam. Pertama, niat itu lebih kuat daripada apa saja. Jika ingin berhasil dalam segala hal maka niat harus ditata dengan benar. Kedua, semua perintah Allah itu sudah diukur dengan kemampuan manusia. Maka tidak ada perintah yang tidak bisa dilaksanakan karena sudah sesuai dengan kemampuan.
Bahkan karena kemurahan Allah maka yang sudah ringan itu masih ada keringanan lagi bagi orang-orang yang dalam keadaan tertentu mengalami hambatan melakukannya. Pak Syam tidak hanya berbicara tetapi dia sudah menjalani. Dan itu tampak biasa-biasa saja. Tidak ada yang Istimewa. Jamaah menghormati Pak Syam. Malah ada yang merasa puasa Pak Syam lebih baik daripada puasanya. Mereka keluar dari rumah pakai mobil. Ber-AC dan disertai suara musik mengalun merdu. Sampai di tempat kerja masuk ruangan ber-AC lagi.
Tidak ada sengatan matahari. Tidak ada keringat mengucur seperti Pak Syam. Maka dalam tarawih dan tadarus mereka menghormati Pak Syam. Tangan Pak Syam juga hitam melepuh. Kasar karena selalu bergesekan dengan benda keras. Ini mengingatkan kita pada peristiwa ketika Rasulullah bertemu dengan seorang sahabat yang tangannya hitam dan melepuh. Sahabat itu tangannya melepuh karena kerjanya memecah batu. Itulah cara dia mencari rezeki halal.
Rasulullah meraih tangan sahabat itu lalu menciumnya disaksikan para sahabat lain. “Inilah tangan yang dirindukan surga”, kata Nabi. Tangan Pak Syam mengingatkan pada tangan sahabat yang dicium Nabi itu. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni