PWMU.CO — Orang Gaza tidak bisa hidup tanpa al-Quran. Syekh Almoatasembellah J. Snewra Lc dari Gaza Palestina menyampaikan hal itu ketika Safari Ramadhan di Masjid Faqih Oesman Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG), Selasa (19/3/2024).
Syekh Moatasem, sapaan akrabnya, bersyukur, “Alhamdulillah kita semua bisa datang ke masjid yang mulia ini. Tidak kurang orang yang tidak bisa datang karena sakit. Kita datang dalam kondisi sehat.”
Merujuk sabda Nabi Muhammad SAW, ia menjelaskan, “Orang terkaya di atas bumi ini bukan yang punya uang berapa miliar atau rumah besar, tapi kalau orang itu dalam kondisi aman dan sehat. Orang itu punya rezeki untuk paling tidak satu hari. Maka orang itu harus melakukan syukur.”
Syekh Moatasem kemudian menguatkan dengan firman Allah SWT dalam surat Ibrahim ayat 7:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya, “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”
Ia mengajak jamaah bersyukur karena sebagian saudara Muslim tidak bisa shalat di masjid. “Di Gaza ada yang tidak bisa. Mereka shalat di jalan. 80 persen masjid hancur. Berarti 80 persen al-Quran hancur juga karena di setiap masjid pasti ada al-Quran,” ujarnya.
Kata Syekh Moatasem, banyak penghafal al-Quran di Gaza. Termasuk dirinya yang kini mendapat beasiswa S2 dari Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida). “Delapan orang berumur 14 tahun, murid saya, ada yang hafal al-Quran 30 juz,” ungkapnya.
“Saya hafal al-Quran saat umur 21. Agak terlambat. Di Gaza, ada yang usia 16 tahun sudah hafal al-Quran. Setiap hari pergi ke masjid halaqah satu halaman. Saat liburan sekolah, tiap hari menghafal 5 halaman dari shalat Subuh sampai Dhuhur,” kenangnya.
Syekh Moatasem lantas menceritakan berdasarkan kabar dari keluarganya melalui panggilan telepon pada Senin (18/3/2024). “Alhamdulillah kemarin hari Senin dapat 5 kilogram tepung. Kalau hemat, sekali makan saja setiap harinya, 5 kilogram itu bisa untuk sepekan,” terangnya.
Bantuan tepung itu mereka dapatkan berkat ada mobil pembawa bantuan yang bisa masuk dari Gaza Utara. Makanan pokok warga Gaza memang berbahan dasar tepung sehingga ketersediaan tepung sehari-harinya sangat penting bagi mereka.
Di hadapan jamaah yang memenuhi lantai 1 maupun 2 Masjid Faqih Oesman UMG itu, Syekh Moatasem juga mengungkap ada warga Gaza yang lebih memilih mati ditembak Zionis karena langsung mati. Dari pada mati karena kelaparan karena didahului sakit dulu.
“Dua minggu tidak makan, hanya minum air, ada yang awalnya kilogram jadi kilogram saja, tinggal tulang ketika meninggal kelaparan,” imbuhnya.
Usai menceritakan berbagai tantangan yang di hadapi saudara Muslim di Gaza kini, Syekh Moatasem menunjukkan video perjuangan warga Gaza kini.
Sebelum sang syekh memulai ceramahnya, Ketua Lazismu Kabupaten Gresik Minal Abidin menyampaikan, “Alhamdulillah, Syekh Almoatasembellah sudah menjadi penduduk Gresik. Tahun kemarin juga Safari Ramadhan di sini. Alhamdulillah dapat jodoh orang Gresik.”
Abidin melanjutkan, “Kami dari Lazismu diamanahi pusat untuk menggalang dana melalui Emergency Medical Team (EMT) Muhammadiyah, karena diamanahi World Health Organization (WHO) mendirikan rumah sakit lapangan (RSL) di perbatasan Mesir dan Gaza.”
Ia juga mengungkap kebutuhan paling mendasar warga Gaza kini adalah pangan dan kesehatan.
Safari Ramadhan ini diselenggarakan Lazismu Gresik bersama Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Gresik. Untuk Rangkaian Safari Ramadhan ke-2 di Masjid Faqih Oesman UMG itu, PCNA GKB turut berkolaborasi dengan takmir Masjid Faqih Oesman UMG yang diketuai Dr Abdul Kholid Achmad SHum MPd. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni