PWMU.CO – Merawat jenazah menjadi salah satu acara Pesantren Kilat Darul Arqam SMP Muhammadiyah 1 (Spemutu) Gresik, Selasa (19/3/2024) pagi.
Siswa praktik memandikan dan merawat jenazah dibagi menjadi dua tempat.
Peserta putra berada di kelas VII C dipandu Drs Muhammad Maftuh MPd yang berpengalaman merawat jenazah hampir 25 tahun.
Peserta putri di kelas VII A lantai 3 gedung timur Spemutu Jl. KH Kholil No 90 Gresik dengan pemateri Triwulandari Heppyani Kurniawati SPd dan Anita Erliansah SS.
Jenazah untuk praktik menggunakan relawan. Peserta putri yang jadi relawan guru Sheriyana Julia Syahrindra.
Relawan yang bersedia menjadi jenazah putra siswa Ivan Louise kelas VIII Spemutu.
Di kelompok putri, Triwulandari Heppyani Kurniawati menjelaskan kepada empat kelompok. Satu kelompok terdiri 8-9 anak. Setiap kelompok harus dapat mempraktikkan mulai memandikan hingga mengafani jenazah.
Bu Heppy, sapaan akrabnya, menjelaskan cara memandikan jenazah.
“Siapkan air, yang pertama digunakan untuk membersihkan seluruh bagian tubuh termasuk membersihkan darah dan kotoran dari lubang di tubuh,” katanya.
Setelah bersih semuanya, sambung dia, bagian terakhir guyurkan air di bagian anggota tubuh untuk wudhu.
Setelah dihanduki, berikutnya mengafani jenazah. Ambil kain mori tiga lapis. Tutupkan ke jenazahnya.
”Jangan lupa semua lubang di tubuh jenazah ditutup dengan kapas setelah itu ikat di tiga bagian tubuh di kaki, di perut, dan di atas kepala,” jelasnya.
Di sela kegiatan Azizah Aisyah siswi kelas VIII C menanyakan, selama memandikan jenazah apakah pernah mengalami kejadian misteri?
”Kemudian apa selama memandikan dan merawat jenazah jasadnya ada yang tidak utuh?” tanyanya.
Bu Heppy menjelaskan, alhamdulillah sampai hari ini belum pernah mengalami kejadian misteri seperti itu. ”Berharap agar Allah swt selalu melindungi saya dan sekeluarga,” kata Bu Heppy.
Pertanyaan jenazah tidak utuh, dia menjawab, pernah merawat yang tidak utuh. Apapun kondisi jenazah tetap harus dilakukan pemulasaran karena sudah menjadi tugas dan kewajiban.
Lalu dia juga berpesan ketika merawat jenazah salah satunya harus bisa menjaga kerahasiaan kondisi jenazah.
Kemudian dia menyampaikan, lewat merawat jenazah bisa melakukan dakwah kepada masyarakat yang tidak semua bisa melakukan.
”Kita bisa merawat jenazah bagi masyarakat yang membutuhkan, meski bukan Aisyiyah,” katanya.
Di kelompok putra setelah selesai perawatan jenazah, Ali Ridho ditunjuk sebagai imam shalat jenazah sambil dipandu Pak Maftuh.
“Rasanya terharu dan deg-degan. Ini merupakan pengalaman pertama memimpin teman praktik shalat jenazah. Alhamdulillah dari takbir pertama sampai keempat berjalan lancar,” ujar Ali Ridho.
Penulis Bening Satria Prawita Diharja Editor Sugeng Purwanto