PWMU.CO – Siapakah orang yang dirindukan surga? Pertanyaan ini terjawab pada salah satu sesi materi hari kedua Mugeb Spiritual Camp (MSC) bertema ‘Bulan Ramadhan Bulan yang Mulia, Ramadhan Kariim Li’Izzul Makarim’.
Guru al-Islam SMA Muhammadiyah 10 GKB (Smamio) Gresik Ihdal Minan MSos menyampaikannya di lapangan futsal SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) Gresik, Jumat (22/3/2024).
Ihdal mengawali materinya dengan mengajak siswa untuk fokus. “Siswa kelas V adalah siswa yang paling tertib, yang paling suka dengan ilmu. Saya juga yakin sekolah dari SD lain juga sama tertibnya seperti kelas V SD Mugeb,” ujarnya.
“Kalau kita fokus, akan mudah menerima materi,” lanjutnya di hadapan para peserta dari MIM 4 Brangsi, MIM 6 Sekapuk, SDM 1 Balongpanggang, dan SD Mugeb.
Barulah kemudian Ihdal menjelaskan, Ramadhan adalah momentum untuk meningkatkan spiritual dalam hal ibadah. Selain itu, Ramadhan termasuk bulan untuk menggapai kemuliaan.
Ihdal bertanya retorik, “Siapa saja orang yang dirindukan oleh surga itu? Yaitu talqin Quran, orang-orang yang senantiasa membasahi dirinya dengan bacaan al-Quran.”
Di hadapan peserta MSC, guru pengajar bahasa Arab itu bertanya, “Apakah anak-anak sudah membaca al-Quran setiap hari? Apa ada yang setiap hari tidak membaca al-Quran? Sudah semua?”
Mendengan jawaban kompak peserta, Ihdal mengucap syukur. “Alhamdulillah jika kalian sudah membaca al-Quran,” ujar bapak dua anak itu.
Mukjizat
Ia pun lanjut bertanya, “Anak-anak, tahukah kalian apa itu al-Quran?” Beberapa siswa menjawab kitab umat Islam.
Ustadz yang terkenal sebagai pendakwah ini memaparkan, al-Quran adalah perkataan Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. “Semuanya itu adalah mukjizat yang mana kita dituntut untuk membacanya,” ungkapnya.
Ihdal melanjutkan, al-Quran diturunkan kepada manusia secara perlahan. “Kalau sudah tahu itu al-Quran, maka jangan sampai kita menyia-nyiakan!” pintanya.
Lebih lanjut ia memaparkan alasannya. “Umat nabi terdahulu tidak bisa merasakan mukjizatnya. Kalau umat Nabi Muhammad, kita, bisa merasakannya sampai detik ini. Oleh karena itu, perbanyaklah membaca al-Quran,” imbuhnya.
Dia juga meminta peserta MSC agar membaca al-Quran karena sesungguhnya bisa sebagai syafaat (penolong) nantinya. Di sisi lain, Ihdal mengingatkan agar tidak menjadi orang yang lalai terhadap al-Quran.
Ihdal pun mengajarkan tips untuk selalu mengingat al-Quran yakni terus membacanya. “Jika di dalam dada kita kosong dari al-Quran, Rasul mengibaratkan sebagai rumah yang kosong,” ungkapnya.
Ia menggambarkan rumah kosong itu berpotensi ditumbuhi tanaman liar dan hewan buas. “Maka apa yang terjadi pada rumah itu? Rusak dan hancur!” ujarnya.
Ia meyakinkan, itu akan sama dengan hati tanpa al-Quran, akan rusak. “Diliputi dengki iri, hasut, dan sombong kalau tidak ada sedikit pun dari ayat-ayat al-Quran,” tambah dia.
Ia pun mengharuskan para siswa untuk menerangi hati dengan cahaya al-Quran. “Kalau kita suka membaca al-Quran, cahaya muncul dari dalam, disebut dengan inner beauty,” tambah Ihdal.
Kemudian, lanjut Ihdal, kalau di dalam hati seseorang terikat dengan al-Quran, maka al-Quran itulah yang mengubah segalanya.
Wajah Suntuk Versus Berseri
Lalu, Ihdal menunjukkan video tentang orang yang bekerja dengan wajah suntuk dan bekerja dengan wajah berseri. “Tahukah kalian, di video pertama, jika bekerja tidak meluangkan waktu untuk membaca al-Quran maka akan stres mikirin pekerjaan terus,” jelasnya.
“Nah, kalau kita sungguh-sungguh baca al-Quran maka akan menemukan hudan (petunjuk), pekerjaan menjadi ringan dan hati damai,” sambungnya.
Lalu, dia mengajari siswa agar dekat dengan al-Quran. Yaitu melalui membaca, menyimak, meresapi, mentadaburi, dan mengamalkan.
Menurutnya, waktu membaca al-Quran itu bebas. Bisa setelah shubuh atau Isya, minimal 10 ayat tiap hari. Dengan begitu, ia yakin mereka termasuk salah satu golongan yang dirindukan masuk surga.
Untuk dirindukan surga, kata Ihdal, juga perlu senantiasa menjaga lisan. Lisannya itu digunakan untuk mengucapkan hal yang baik. Kalau tidak baik maka diam.
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau diam. Tidak usah ngomong mengapa karena maka bahaya kalau menyampaikan sesuatu tidak berdasarkan ilmu,” kata dia.
Ihdal menegaskan, keselamatan seseorang itu terletak pada lisannya. Maka kalau tidak hati-hati pada lisan, khawatir lisan itu akan menjerumuskan pada jurang yang sangat dalam. Selain itu, Ihdal mengajak memberi makan orang yang sedang kelaparan. “Itu salah satu manusia yang dirindukan oleh surga,” kata pria berdarah Madura ini.
Mantan penyiar radio itu menerangkan, dalam puasa Ramadhan terdapat banyak keistimewaan dan keutamaan. Di mana pada bulan Ramadhan itu seluruh amalan dilipatkan gandakan jadi 10.
“Orang yang memberikan makan kepada orang yang kelaparan itu sudah dirindukan oleh surga,” terangnya.
Dia juga mengingatkan, agar di bulan Ramadhan tidak lupa untuk berinfak. Karena harta dibuat makan. “Kalau beli makan jadi kotoran tapi kalau kita memberikan sedekah itulah makanan kita di akhirat,” ujarnya.
Terakhir, dia berpesan, “Pada bulan suci ini, mari kita tingkatkan ibadah kita agar mendapat kemuliaan dari Allah.” (*)
Penulis Kaiisnawati Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni