PWMU.CO – Puncak seorang alim bagus akhlaknya dikupas pada Kajian Ahad sore menjelang berbuka Ramadhan 1445 di Masjid Al Jihad, Ahad (23/3/2024).
Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Jiken, Tulangan, Sidoarjo, Jawa Timur, penyelenggara, menghadirkan dai muda kondang Sidoarjo Novan Afianto SPd. Pertemuan Ahad kedua bertema ‘Puncak Seorang Alim adalah Bagus Ahklakul Karimahnya’ itu juga dihadiri Kepala Desa Jiken Budiono.
Ustadz Novan dalam ceramahnya mengupas firman Allah SWT dalam Quran Surat an-Nahl ayat 78 yang berbunyi,
وَٱللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْ ـًٔا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَٰرَ وَٱلْأَفْـِٔدَةَ ۙ لَعَلَّ كُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya, “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
Dalam ayat ini, kata Novan, Allah SWT menjelaskan kepada umatnya, seluruh bayi lahir dalam keadaan tidak berilmu, kemudian Allah SWT memberikan modal pendengaran, penglihatan dan hati. “Tiga komponen ini yang menjadi modal utama bagi seorang manusia untuk mengakses keilmuan,” ungkapnya.
Pada umumnya, lanjut Novan, manusia di dunia memperoleh ilmu yang pertama dari unsur pendengaran, kedua penglihatan dan ketiga dari hati nurani. “Sehingga file-file yang banyak masuk ke memori otak manusia itu kebanyakan diterima dari pendengaran, penglihatan dan hati nurani,” ujarnya.
Dari dasar inilah, Novan meyakini, secara tidak sengaja orang-orang banyak berkata dalam menyampaikan sesuatu kabar berdasarkan dari penglihatan, pendengaran dan hati nuraninya. “Hal ini sering-sering diulang-ulang dalam pembicaraan manusia itu sendiri, sehingga secara otomatis manusia mengakses ilmu tidak terlepas dalam tiga komponen ini,“ ujar ustadz yang sering mendapat tawaran tausiah di kalangan warga Muhammadiyah dan Aisyiyah tersebut.
Lebih jauh ia sampaikan, Muslim hendaknya bisa memanfaatkan nikmat Allah SWT ini untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. “Lain halnya dengan orang kafir. Matanya melihat, telinganya mendengar, tapi hatinya dikunci mati jadi mengeras seperti batu. Sehingga apa yang kemudian masuk, tidak bisa karena sudah terhalang,” terangnya.
Urusan Agama Baik
Novan lanjut menerangkan, manusia tumbuh dan berkembang. “Kalau kita melihat anak-anak kecil, Rasulullah SAW pernah mengajarkan saat bertemu dengan anak-anak para sahabat, beliau memegang kepalanya sambil mendoakan, Allahumma faqqihi fiddiin wa a’limhu taqwil,” ungkapnya.
Arti doanya, “Ya Allah jadikanlah anak ini faqih dalam urusan agama dan diberikan kemampuan untuk bisa membaca atau menafsirkan apa yang ada (bijaksana).”
Ini berhubungan dengan hadits Rasul dalam riwayat Muslim, “Barang siapa yang dikehendaki baik oleh Allah SWT, maka ia dituntun oleh-Nya untuk mampu memahami agamanya dengan baik.”
Novan yakin, “Kalau Allah SWT menginginkan seorang hamba itu baik, maka ia akan dituntun, ditegakkan dengan urusan-urusan agama itu baik. Mulai dari belajar agamanya baik, praktik agamanya juga baik.”
Apalagi, kata Novan, kalau orang tua juga mendukung dengan selalu mendoakan anaknya seperti doa yang diajarkan Nabi. “Insya Allah akan hadir anak-anak yang sholeh dan membanggakan kedua orang tuanya,” ungkap mantan mantan Kepala SD Muhammadiyah 2 (Muda) Kemantren Tulangan itu.
Novan pun menukil kata mutiara, “Belajarlah karena tidak ada satupun manusia yang terlahir dalam keadaan berilmu dan orang yang berilmu itu berbeda dengan orang yang tidak berilmu.”
Ia kemudian menyampaikan, sebagaimana firman Allah SWT dalam az-Zumar ayat 9, “Katakanlah, Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”
Maksudnya, mata Novan, sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran. Dengan berjalannya waktu, seseorang dalam mendapatkan ilmu dibentuk beberapa faktor. Di antaranya keluarga, masyarakat, sekolah/lembaga pendidikan yang ditempuh.
“Kalau keluarga tersebut condong dalam urusan agama, maka lingkungan yang ada di keluarga itu tentu lebih condong anak-anaknya mengikuti tatanan agama,” imbuhnya.
Ia mencontohkan, dalam kehidupan keluarga, orang tua selalu menasihati anaknya untuk makan dan minum dalam posisi duduk. “Apabila sudah adzan, mereka saling mengingatkan anggota keluarganya untuk segera menunaikan sholat berjamaah di masjid atau musholla,” tutup Guru SD Muda Tulangan itu. (*)
Penulis Zulkifli Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni