Tanda Datangnya Lailatul Qadar oleh Ridwan Manan, Pengajar Pondok Pesantren Al Fattah Sidoarjo, anggota LP2M PDM Sidoarjo.
PWMU.CO – Di antara kemuliaan bulan Ramadhan, Allah menurunkan lailatul qadar sebagaimana difirmankan dalam surat al-Qadar
إِنَّا أَنْزَلْنَهُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ * وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ * لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مّنْ أَلْفِ شَهْرٍ * تَنَزَّلُ الْمَلَئِكَةُ وَالْرُّوحُ فِيْهَا بِإِذْنِ رَبِهِّمْ مِّنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِىَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ.
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada lailatul qadar. Tahukah kamu apakah lailatul qadar itu? Lailatul qadar itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan rūḥ (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam) itu sampai terbit fajar.
Ibnu Katsir mengutip pendapat Ibnu Jarir dan Imam Syafi’i bahwa melakukan amalan pada malam kemuliaan lebih baik dari seribu bulan.
Mengingat melakukan ibadah di dalam malam lailatul qadar sebanding pahalanya dengan melakukan ibadah selama seribu bulan telah disebutkan di dalam kitab sahihain melalui Abu Hurairah, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam telah bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barang siapa yang qiyam di malam lailatul qadar karena iman dan mengharapkan pahala dan ridaAllah, maka diampunilah baginya semua dosanya yang terdahulu.
Imam Malik dalam kitab Muwattha’ meriwayatkan satu hadits
إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ أُرِيَ أَعْمَارَ النَّاسِ قَبْلَهُ أَوْ مَا شَاءَ اللهُ مِنْ ذَلِكَ فَكَأَنَّهُ تَقَاصَرَ أَعْمَارَ أُمَّتِهِ أَنْ لَا يَبْلُغُوْا مِنَ الْعَمَلِ مِثْلَ الَّذِيْ بَلَغَ غَيْرُهُمْ فَيْ طُوْلِ الْعُمْرِ، فَأَعْطَاهُ اللهُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ خَيْرًا مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Sesungguhnya Rasulullah diperlihatkan umur-umur manusia sebelumnya (yang relatif panjang) sesuai dengan kehendak Allah, sampai (akhirnya) usia-usia umatnya semakin pendek (sehingga) mereka tidak bisa beramal lebih lama sebagaimana umat-umat sebelum mereka karena panjangnya usia mereka, maka Allah memberikan Rasulullah lailatul qadar yang lebih baik dari seribu bulan.
Akhir Ramadhan
Tidak ada penjelasan yang pasti datangnya malam lailatul qadar apakah di awal Ramadhan, di tengah ataukah di penghujung bulan.
Hanya disebutkan Allah: hatta mathlail fajr (malam) sampai terbentangnya fajar.
Ibnu Hajar Asqolani menghimpun 45 pendapat tentang turunnya lailatul qadar. Tidak ada yang bisa memprediksi seratus persen tepat datangnya lailatul qadar.
Rasulullah bersabda
إِنَّ هَذَا الشَّهْرَ قَدْ حَضَرَكُمْ وَفِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَهَا فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ كُلَّهُ وَلاَ يُحْرَمُ خَيْرَهَا إِلَّا مَحْرُومٌ.
Artinya, “Sesungguhnya bulan ini (Ramadhan) telah datang kepada kalian. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja yang terhalangi dari (meraih)nya, sungguh ia telah terhalangi dari semua kebaikan. Dan tidak ada yang terhalangi (darinya), kecuali orang yang memang terhalangi dari kebaikan.” (HR Ibnu Majah)
Suasana Alam
Walaupun tidak ada yang bisa memastikan datangnya, Rasulullah memberikan tanda datangnya lailatul qadar. Rasulullah bersabda
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَيْلَةُ
الْقَدْرِ فِيْ الْعَشْرِ الْبَوَاقِيْ, مَنْ قَامَهُنَّ ابْتِغَاءَ حِسْبَتِهِنَّ فَإِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَغْفِرُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ, وَهِيَ لَيْلَةُ وِتْرٍ, تِسْعٌ أَوْ سَبْعٌ أَوْ خَامِسَةٌ أَوْ ثَالِثَةٌ أَوْ آخِرُ لَيْلَةٍ, وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ َ: إِنَّ أَمَارَةَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَنَّهَا صَافِيَةٌ بَلْجَةٌ كَأَنَّ فِيْهَا قَمَراً سَاطِعاً سَاكِنَةٌ سَاجِيَةٌ, لاَ بَرْدَ فِيْهَا وَلاَ حَرَّ, وَلاَ يَحِلُّ لِكَوْكَبٍ أَنْ يُرْمَى بِهِ فِيْهَا حَتَّى تُصْبِحَ, وَإِنَّ أَمَارَتَهَا أَنَّ الشَّمْسَ صَبِيْحَتَهَا تَخْرُجُ مُسْتَوِيَةً, لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ مِثْلَ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ, وَلاَ يَحِلُّ لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَخْرُجَ مَعَهَا يَوْمَئِذٍ.
Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Lailatul qadar (terjadi) pada sepuluh malam terakhir. Barangsiapa yang menghidupkan malam-malam itu karena berharap keutamaannya, maka sesungguhnya Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang. Dan malam itu adalah pada malam ganjil, kedua puluh sembilan, dua puluh tujuh, dua puluh lima, dua puluh tiga atau malam terakhir di bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya tanda lailatul qadar adalah malam cerah, terang, seolah-olah ada bulan, malam yang tenang dan tentram, tidak dingin dan tidak pula panas. Pada malam itu tidak dihalalkan dilemparnya bintang, sampai pagi harinya. Dan sesungguhnya, tanda lailatul qadr adalah matahari di pagi harinya terbit dengan indah, tidak bersinar kuat, seperti bulan purnama, dan tidak pula dihalalkan bagi setan untuk keluar bersama matahari pagi itu. (HR Ahmad)
لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاءُ
Artinya, Lailatul qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan tampak kemerah-merahan. (HR ath-Thayalisi dan Baihaqi)
Hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhu, ia berkata:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنِّيْ كُنْتُ أُرِيْتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ, ثُمَّ نُسِّيْتُهِا, وَهِيَ فِيْ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ لَيْلَتِهَا, وَهِيَ لَيْلَةٌ طَلْقَةٌ بَلْجَةٌ لاَ حَارَّةَ وَلاَ بَارِدَةَ.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya aku pernah diperlihatkan (bermimpi) lailatul qadar. Kemudian aku dibuat lupa dan malam itu pada sepuluh malam terakhir. Malam itu malam yang mudah, indah, tidak (berudara) panas maupun dingin. (HR Ibnu Khuzaimah)
Dari hadits tersebut dapat disimpulkan tanda-tanda lailatul qadar ketika pagi harinya sinar matahari tidak terlalu panas dan cuaca terasa lebih sejuk.
Malam harinya langit terlihat bersih, tidak terdapat awan, suasana terasa tenang dan udara juga tidak dingin tidak pula terasa panas. Itu tanda datangnya lailatul qadar.
Meskipun dirahasiakan datangnya lailatul qadar di antara ulama ada yang berijtihad memprediksi kedatangannya. Imam Syafi’i berpendapat potensi turunnya lailatul qadar pada malam 21 dan 23 Ramadhan.
Syekh Nizamuddin an-Naisaburi berpendapat kemungkinan turunnya malam kemuliaan itu pada 27 Ramadhan.
Hikmah dirahasiakan turunnya lailatul qadar menurut Imam Fahruddin ar-Razi supaya kaum muslimin bersemangat untuk melaksanakan amalan terbaiknya selama sebulan penuh. Tidak menginginkan turunnya lailatul qadar di saat lengah dalam ibadah.
Semoga kita meraih lailatul qadar dengan amalan terbaik dan kenali tanda datangnya lailatul qadar.
Editor Sugeng Purwanto