PWMU.CO – Jembatan penghubung segera dibangun melintas di atas Jl. Petukangan kawasan Ampel Surabaya.
Jembatan itu menghubungkan RS PKU Muhammadiyah Jl. Mas Mansur dengan Hotel Walisongo di belakang rumah sakit milik Muhammadiyah Surabaya ini.
Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya Dr M. Ridlwan mengatakan, untuk pengembangan RS PKU Muhammadiyah hanya bisa dilakukan ke belakang sebab rumah-rumah di samping rumah sakit tidak mau menjual.
”Kita sudah membeli Hotel Walisongo untuk pengembangan rumah sakit menjadi tipe C. Kesepakatakan harga Rp 24,3 miliar,” kata Ridlwan ditemui saat Kajian Ramadhan dan soft launching pemakaian Hotel Walisongo menjadi RS PKU Muhammadiyah di Jl. Petukangan, Ahad (31/3/2024).
Hotel ini berlantai tiga memiliki 94 kamar dan satu rumah di sisi utara. Lokasinya persis di belakang RS PKU Muhammadiyah yang dipisahkan oleh Jl. Petukangan.
Proses tawar menawar hotel ini dilakukan pada Januari 2024 lalu. Setelah tercapai kesepakatan harga, PDM Kota Surabaya langsung menyerahkan uang DP pertengahan Maret lalu. Lalu pemilik hotel menyerahkan kunci dan boleh direnovasi.
”Untuk menyatukan dua bangunan ini harus dibangun jembatan penghubung melintas di atas Jl. Petukangan. Kita sudah meminta izin ke Pemkot Surabaya untuk membangun jembatan ini,” kata Ridlwan yang juga Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Dia menjelaskan, SKRK (Surat Keterangan Rencana Kota) dari Pemkot sudah keluar. Segera kita mengajukan IMB Jembatan Penghubung supaya dua gedung menyatu.
”Saat kita konsultasi ketinggian jembatan, Pemkot meminta berada di lantai tiga hotel. Ini masalah, sebab RS PKU Muhammadiyah hanya dua lantai,” katanya sambil tertawa.
Apapun kondisi di lapangan, dia menegaskan, segera dicarikan solusinya sesuai syarat Pemkot. Arsitektur jembatan penghubung itu juga dibuat indah dan menarik sehingga menambah keindahan Jl. Petukangan.
Jembatan penghubung ini seperti yang dibangun RS Al-Irsyad melintasi Jl. Mas Mansur menghubungkan gedung rumah sakit lama dengan gedung baru di seberangnya.
Ridlwan menjelaskan, RS PKU Muhammadiyah Surabaya ditingkatkan menjadi tipe C sehingga layanan kesehatan dengan jumlah dokter spesialis makin banyak jumlahnya.
”Saya ini merasa berdosa ketika ada anak panti berobat ke sini karena sakit paru ternyata tak bisa ditangani sebab tidak ada dokter spesialis paru sehingga dirujuk ke RS Suwandi,” katanya.
Karena itulah dia bertekad pengembangan RS PKU Muhammadiyah menjadi program PDM Kota Surabaya. ”Alhamdulillah berhasil membeli hotel ini berkat dukungan PWM Jawa Timur dan UM Surabaya,” tuturnya.
Pemkot dan PWM Mendukung
Sekretaris Kota Surabaya Dr Ikhsan yang hadir di acara soft launching ini mengatakan, Pemkot akan mempermudah urusan izin pengembangan RS PKU Muhammadiyah ini.
”Pesan Bapak Wali Kota untuk membantu mempercepat proses perizinan pengembangan rumah sakit ini. Karena itu segera ajukan IMB kami segera memperosesnya,” kata Ikhsan.
Jembatan penghubung itu penting, kata Ikhsan, karena tidak mungkin menyetop jalan dulu kalau pasien akan lewat menuju bagian belakang rumah sakit.
Dia mengatakan, banyak sekali urusan Pemkot untuk membangun kesejahteraan dan kesehatan warga kota. Untuk itu perlu keterlibatan pihak lain untuk mewujudkan ini seperti yang dilakukan Muhammadiyah dengan rumah sakitnya.
”Pemkot lewat program UHC (Universal Health Coverage) sudah mendaftarkan semua warga ikut BPJS dengan anggaran Rp 40 miliar. Berobat tinggal menunjukkan KTP semua urusan rumah sakit dilayani,” katanya.
Karena itu dia juga meminta RS PKU Muhammadiyah bekerja sama dengan BPJS supaya bisa melayani warga kota berobat di sini.
Ketua PWM Jatim Dr dr Sukadiono MM mendukung penuh pengembangan rumah sakit kedua yang dibangun oleh Muhammadiyah. ”Pertama, Muhammadiyah membangun RS PKU di Yogya tahun 1923. Kedua, membangun poliklinik di Sidodai Surabaya pada 14 September 1924 dengan direkturnya Dokter Sutomo,” katanya.
Poliklinik itu kemudian pindah ke Karang Tembok, lalu pindah ke Kampenen Straat atau Jl. Mas Mansur ini. Dulu direkturnya Dokter Suwandi sebelum kemerdekaan.
Sukadiono bercerita punya keterikatan dengan rumah sakit ini karena pernah menjadi direktur di sini. ”Dulu masih Balai Pengobatan lalu saya tingkatkan menjadi rumah sakit kemudian saya ditunjuk menjadi direktur,” tuturnya.
Karena itu dia mendukung pengembangannya menjadi RS tipe C dengan membeli Hotel Walisongo. ”Segera bangun jembatan penghubung. Paling anggarannya Rp 500 juta sudah jadi. Nanti peresmiannya tanggal 14 September 2024 pas seratus tahun usia RS PKU Muhammadiyah,” tandasnya mendapat tepuk tangan hadirin.
Renovasi lainnya seperti kamar hotel diubah menjadi kamar pasien sesuai standar rumah sakit.
Penulis/Editor Sugeng Purwanto