PWMU.CO – Membangun Peradaban Bangsa dengan Nilai Agama, Naskah Khutbah Idul Fitri 1445/2024; Oleh Dr H Sholihin Fanani, M.PSDM, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ.
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللَّهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
وَقَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ لآأِلهَ اِلَّااللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ.اللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ .اللهُ اَكْبَرُكَبِيْرًا وَالْحَمْدُاِللهِ كَثِيْرًا وَ سُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةَوَّاَصِيْلًا
Hadirin Rahimakumullah
Mari kita bersyukur kepada Allah Swt, karena atas rahmat-Nya, kita dapat melaksanakan shalat Idul Fitri. Setelah kemarin kita berpuasa Ramadhan. Dan mulai bakda Subuh di hari itu pula kita sudah mulai melantunkan kalimat takbir tahlil, tasbih, tahmid, dan dzikir kepada Allah yang menggema ke seluruh penjuru negeri dan terhunjam dalam hati untuk membesarkan asma Allah Swt. Kalimat tahlil untuk mentauhidkan Allah. Tidak ada tuhan melainkan Allah, serta bertahmid untuk mensyukuri nikmat Allah. Shalawat dan salam terlimpahkan bagi Nabi Muhammad, Rasul pembawa Risalah Islam sebagai misi pencerahan bagi umat manusia di seluruh persada bumi.
Hadirin Rahimakumullah
Baru saja kita segenap kaum muslimin selesai menunaikan shaum atau puasa Ramadhan disertai rangkaian ibadah lainnya selama satu bulan. Selain itu juga puasa tahun ini sangat penting karena adanya pesta demokrasi yaitu pemilu untuk memilih presiden, wakil presiden, dan anggota legistatif untuk membuat tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang adil, makmur dan sentosa. Puasa di bulan Ramadhan dan ibadah-ibadah lainnya, tidak berhenti pada ritual semata.
Ibadah hakikatnya ialah “taqarrub ila Allah” atau mendekatkan diri kepada Allah dengan menjalankan segala perintah, menjauhi larangan, dan melaksanakan apa yang menjadi perintah-Nya sebagaimana disunahkan oleh Rasulullah SAW.
Dari makna ibadah tersebut terbentuk kesalehan seorang muslim yang memiliki hubungan baik dengan Allah SWT (habluminallah) sekaligus hubungan dengan sesama (habluminannas) dan lingkungannya, sehingga terpancar rahmat bagi semesta alam. Ibadah puasa bertujuan agar menjadikan orang beriman yang menjalankannya menjadi insan bertaqwa sebagaimana firman Allah dalam surat.” (al-Baqarah : 183) yaitu la alakum tattaqun.
Orang yang berpuasa diharapkan akan memiliki kualitas kesalehan yang otentik dan menjadi pembentuk tindakan yang mulia (al akhlaq al karimah). Perbuatan baiknya wujud kesalehan yang murni, tidak dibuat-buat. Insan muslim hasil puasa dan membentuk kualitas takwa akan menjadi aktor tangguh dari segala pandemi virus keburukan dan kemungkaran. Orang yang sungguh-sungguh bertakwa tidak akan korupsi, baik diawasi maupun tidak diawasi, ketika memperoleh peluang maupun tidak dengan kata lain, manusia yang bertakwa akan senantiasa menggunakan akal-budinya
Allahuakbar Allahuakbar walillahilhamd
Di samping itu mari kita mengingat bahwa tujuan utama manusia diciptakan adalah untuk menjadi Khalifah fil ard (wakil Allah di muka bumi). Sebagaimana petikan firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 30.
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ
Artinya “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”
Khalifah memiliki arti pemimpin, pengganti, dan penguasa. Semua arti itu merujuk pada fungsi penciptaan manusia sebagai pemakmur bumi. Oleh karena itu, umat Islam sebagai warga bangsa, sudah selayaknya berkomitmen kuat untuk menjadikan bangsa ini sebagai bangsa yang berkeadaban. Ini sejalan dengan hadis Nabi Muhammad SAW:
إنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
Artinya “Sesungguhnya aku (Rasulullah saw) diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR Ahmad)
Islam adalah agama yang mengandung perintah dan mengandung solusi kehidupan sehari-hari bagi para pemeluknya. Semakin taat dan semakin banyak perintah agama yang kita lakukan, maka akan semakin mudah kita dalam menjalani kehidupan ini. Allah berfirman dalam surat Thaha ayat 124
وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا
Artinya “Barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku (Al-Quran), maka sungguh bagi dia penghidupan yang sempit.” (Thaha ayat 124)
Peradaban unggul itu terlahir karena Islam datang untuk memenangkan siapa saja yang membawanya. Sebab, Islam yang terlahir dari langit adalah unggul daripada peradaban yang bersumber dari pemikiran bumi dan pemikiran manusia yang sangat terbatas. Allah SWT berfirman:
{هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ } [التوبة: 33]
Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai. (at-Taubah ayat 33).
Ada lima nilai-nilai agama yang wajib kita tanamkan dalam diri kita untuk membangun peradaban bangsa agar menjadi orang yang sukses hidup dunia akhirat.
1. Nilai-Nilai Humanitas (Nilai-Nilai Kemanusiaan)
Kita harus menyadari bahwa manusia itu diciptakan oleh Allah SWT sebagai khalifatullah fil Ardl yang memiliki fungsi untuk menjaga, merawat dan melestarikan kehidupan di muka bumi. Selain juga bahwa tujuan Allah menciptakan manusia di muka bumi agar manusia beribadah, sebagaimana yang telah Allah firmankan dalam Al-Qur’an surat Az-Dzaritat ayat 56
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (az-Dzariyat ayat 56)
Allah memerintahkan kepada manusia agar dalam menjalani kehidupan di dunia ini dengan saling tolong menolong, saling menghormati, saling mengingatkan, saling memberi dan menghargai. sebagaimana yang Allah jelaskan di dalam al-Qur’an:
إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُ بِٱلْعَدْلِ وَٱلْإِحْسَٰنِ وَإِيتَآئِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ وَٱلْبَغْىِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.” (an-Nahl ayat 90).
2. Nilai-Nilai Spiritualitas (Nilai-Nilai Agama)
Nilai-nilai agama harus menjadi landasan kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Agama telah memberikan panduan yang lengkap dan jelas bagaimana kita menjalani hidup di dunia sampai akhirat. Semakin banyak nilai-nilai agama yang kita kerjakan semakin bahagia kehidupan kita. Rasulullah bersabda,
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ
Artinya “Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunah Rasul-Nya.” (HR Malik).
3. Nilai-Nilai Moralitas (Nilai-Nilai Akhlak)
Islam telah mengatur hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, manusia dengan alam. Semua aturan Islam telah disesuaikan dengan keinginan Allah dan kebutuhan manusia. Sehingga aturan ini akan berlaku secara universal dan rasional. Moral menjadi nilai tertinggi dalam agama Islam dan menjadi sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan. Jika manusia telah mengabaikan nilai-nilai moral, maka kehidupannya sungguh akan hancur. Bahan Rasulullah SAW diutus ke dunia ini adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak.” (HR al-Baihaqi).
4. Nilai-Nilai Kolektifitas (Nilai-Nilai Kebersamaan).
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan dan pertolongan orang lain. Sejak kelahiran sampai meninggal dunia manusia selalu membutuhkan bantuan orang lain. Nilai-nilai kolektivitas ini harus betul-betul dijadikan sebagai nilai yang tinggi dalam kehidupan. Bahkan Rasulullah bersabda, Allah tidak akan menolong hamba-Nya jika hambanya tidak mau menolong saudaranya. Menolong orang lain sama dengan menolong dirinya sendiri. Tidak ada kebaikan yang sia-sia yang kita lakukan untuk menolong orang lain. sebagaimana yang Allah jelaskan di dalam al-Qur’an:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُحِلُّوا۟ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ وَلَا ٱلشَّهْرَ ٱلْحَرَامَ وَلَا ٱلْهَدْىَ وَلَا ٱلْقَلَٰٓئِدَ وَلَآ ءَآمِّينَ ٱلْبَيْتَ ٱلْحَرَامَ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّن رَّبِّهِمْ وَرِضْوَٰنًا ۚ وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَٱصْطَادُوا۟ ۚ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ أَن صَدُّوكُمْ عَنِ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ أَن تَعْتَدُوا۟ ۘ وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْبِرِّ وَٱلتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْإِثْمِ وَٱلْعُدْوَٰنِ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (al-Maidah ayat 2)
5. Nilai-Nilai Profesionalitas
Agama Islam telah mengajarkan kepada umatnya untuk disiplin yang menghargai waktu. Sebagai seorang muslim kita harus bekerja keras untuk mencapai apa yang kita cita-citakan. Nilai-nilai profesional dalam Islam seperti ikhtiar, tawakkal, bersabar, syukur dan ikhlas. Allah menjelaskannya di dalam al-Qur’an:
إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ
Artinya “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan melakukan pekerjaan yang baik, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.” (al-Bayyinah ayat 7)
Rasulullah juga telah mengingatkan kepada kita umatnya: “Idza wusidal amru ilaa ghairi ahliha fantadhirissa’ata” artinya: Apabila suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.” (HR Bukhari).
Seseorang dituntut untuk bekerja secara profesional dan terampil agar dapat menghasilkan kualitas kerja yang baik sehingga dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Seorang dikatakan profesional jika ia mahir dalam bidang pekerjaannya dimana ia mendapatkan penghasilan dari sana. Dalam Islam, profesionalisme semakna dengan ihsan dan itqan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Ajaran Islam memotivasi umat Islam untuk kerja yang professional dalam berbagai sisi kehidupan dan berbagai sarana kerja.
Sifat profesionalisme ini di gambarkan dalam al-Qur’an surah al-Isra’ ayat 84 yang Artinya:
Katakanlah: “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing.” Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.
Pada ayat diatas, dikemukakan bahwa setiap orang beramal dan berbuat sesuai dengan kemampuan. Artinya, seseorang harus bekerja dengan penuh ketekunan dengan mencurahkan seluruh keahliannya. Jika seseorang bekerja sesuai dengan kemampuannya, maka akan menghasilkan pekerjaan yang optimal. Hal ini didukung oleh sabda Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa:
“Sesungguhnya Allah SWT mencintai jika seorang dari kalian bekerja, maka ia itqan (professional) dalam pekerjaannya.” (HR Baihaqi dari Aisyah).
Hal ini semakin menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang meletakan dan menekankan nilai-nilai profesionalitas dalam setiap pekerjaan yang dilakukan oleh umatnya. Seorang pekerja yang ikhlas dan profesional adalah ciri insan yang cerdas, ahli dalam pekerjaannya, mampu menunaikan tugas yang diberikan kepadanya secara sempurna, dan diiringi adanya perasaan selalu diawasi oleh Allah dalam setiap pekerjaannya, semangat yang penuh dalam meraih keridhaan Allah dibalik pekerjaannya.
Jika setiap dari kita melandaskan pekerjaan kita seperti halnya di atas, maka kita akan bekerja seperti tidak membutuhkan adanya pengawasan dari manusia, berbeda dengan orang yang melakukan pekerjaan karena takut manusia, sehingga akan menghilangkan berbagai sarana yang ada, melakukan penipuan terhadap apa yang dapat dilakukan. Adapun pegawai yang mukhlis, adalah mereka yang bekerja dibawah perasaan adanya pengawasan oleh Dzat yang tidak pernah lengah sedikit pun, dan tidak ada yang tersembunyi atas apa yang tersembunyi di dalam bumi dan di langit.
Jika kelima kesadaran ini kita miliki maka kita akan menjadi seorang muslim yang unggul dan sukses hidup di dunia dan akhirat. Amin. Akhirnya, mari kita berdoa kepada Allah Swt agar seluruh amal ibadah kita diterima Allah SWT, diampuni dosa dan kesalahan, serta selalu berada di jalan Allah SWT yang lurus untuk meraih ridha dan karunia-Nya.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ الاَحْيِاءِ مِنْهُمْ وَالاَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ فيَا قَاضِيَ الحَاجَاتِ
اَللهُمَّ اِنَّا نَسْئَلُكَ سَلاَمَةً فِى الدِّيْنِ وَعَافِيَةً فِى الْجَسَدِ وَزِيَادَةً فِى الْعِلْمِ وَبَرَكَةً فِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ