Gempa Bawean: Masjid seperti Diayun-ayun, Kisah Mahasiswa UMSurabaya

Gempa Bawean
Dari kiri Mahen Rais, Ibtisam Aqashdul Haq, Muhammad Idris, dan Mohammad Sahrul saat di Bawean. (dok)

PWMU.CO – Gempa Bawean menjadi pengalaman yang menegangkan bagi tiga mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya yang sedang tugas dakwah di pulau itu.

Tiga mahasiswa Fakultas Agama Islam UMSurabaya itu Muhammad Idris, Ibtisam Aqashdul Haq, dan Mohammad Sahrul.

Mereka mengikuti program dakwah Mafathir. Singkatan dari Mahasiswa ber-Fastabiqul Khairat in Ramadhan.

Mafathir itu program tahunan Fakultas Agama Islam dan Ma’had Umar ibn al-Khaththab UMSurabaya mengirim dai ke berbagai tempat di Jawa Timur. Tahun ini terdapat 46 tempat.

Tiga mahasiswa itu bertugas selama 20 hari di Pulau Bawean Gresik pada tanggal 9-30 Maret 2024.  Mereka ditempatkan di Masjid Al-Husaini yang dikelola Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Tambak Bawean. Menginapnya di rumah Mahen Rais, takmir masjid.

Muhammad Idris bercerita, saat terjadinya gempa pertama, Jumat (22/3/2024), sekitar pukul 11.15 kami sedang bersiap shalat Jumat di Masjid Al-Husaini.

Suasana masjid saat itu hening. Beberapa orang sudah datang shalat sunah atau duduk tafakur menunggu imam naik ke mimbar.

”Tiba-tiba kami merasakan masjid bergerak seperti diayun-ayun. Sontak banyak jamaah berhamburan keluar ke halaman. Beberapa orang masih bertahan di dalam masjid dengan kondisi siaga,” cerita Idris Idris dihubungi Rabu (3/4/2024).

Beberapa menit gempa berhenti. Masyarakat masuk lagi ke masjid. Khotbah dan shalat Jumatpun berlangsung.

Usai shalat, beberapa orang masih berada di masjid berbindang-bincang. Tiba-tiba merasakan guncangan gempa lagi. Tidak sekeras sebelumnya. Gempa susulan, begitu istilahnya.

Idris dan temannya Googling di HP mencari tahu informasi gempa. BMKG mengabarkan pusat gempat di Laut Jawa tidak berpotensi menimbulkan tsunami.

Gempa pertama terjadi pukul 11.22 WIB dengan magnitudo 5,9 SR yang berjarak 37 kilometer arah Barat pulau Bawean.

Masyarakat sudah khawatir air laut naik mengingat gempa susulan terjadi dalam selisih waktu yang tak lama.

Guncangan Hebat

Usai shalat ashar, ketika Idris dan temannya berada di rumah tiba-tiba terjadi gempa lagi. Getarannya lebih keras. Mengayun-ayunkan benda-benda di sekitarnya. Durasinya juga lebih lama.

Sontak semua warga keluar rumah. Warga lantas mengungsi ke lokasi yang lebih tinggi. Ada yang mengungsi ke lapangan desa. Ada pula yang berkumpul ke rumah saudara yang  tempatnya lebih tinggi. Takut ada tsunami.

Mahen Rais memilih mengungsi ke rumah saudaranya. Dia mengajak serta tiga mahasiswa. Jelang Maghrib kembali ke rumah karena merasa kondisi sudah aman.

Masuk waktu Isya, gempa berguncang lagi. Guncangan kecil. Tidak lama waktunya. Tapi warga gelisah tak bisa tidur. Akhirnya banyak warga kembali mengungsi.

”Kami mengungsi malam itu hingga Sabtu sore. Jelang Magrib kembali ke rumah setelah yakin keadaan sudah tenang,” tutur Idris.

Dia Googling, muncul informasi gempa kedua terjadi pukul 15.52 WIB dengan magnitudo 6,5 SR yang berjarak 35 kilometer arah Barat Pulau Bawean. Layak guncangan sangat besar. Kepala sampai pusing.

Hingga pukul 23.04 WIB, gempa susulan tercatat terjadi hingga 110 kali dengan kekuatan bervariasi antara getaran  2-6,5 SR.

Menurut berita, gempa merusak fasilitas umum di Bawean. Dua sekolah, empat rumah sakit, satu pondok pesantren, lima kantor desa, tiga masjid, dua kandang ternak, satu gedung, dan dua sepeda motor rusak.

Di Kecamatan Tambak juga ada rumah dan bangunan rusak. Paling parah kerusakan di Sangkapura dan Kotakusuma.

Menurut Laporan BPBD, di Tambak ada 12 rumah rusak ringan, 9 rumah rusak sedang, satu rumah rusak berat. Seorang warga Tambak, Hasi’ah (71), dilaporkan sobek kepala karena tertimpa genteng.

Desas-Desus

Gempa bukan hal baru bagi masyarakat Bawean. Namun gempa sekarang guncangannya lebih besar dan sering ada susulan. Apalagi terjadi pada hari Jumat di tengah bulan Ramadhan.

Tak ayal muncul desas-desus di masyarakat. Mereka mengungkit hadits: apabila terjadi bencana di hari Jumat bulan Ramadhan bermakna akan terjadi huru-hara besar setelahnya.

Tugas dakwah Idris dan temannya jadi bertambah. Menjelaskan tahayul itu. Dia sampaikan hadits itu dhaif. Mungkin juga palsu.

Mereka siapkan bahan-bahan ceramah dan kajian membahas gempa dan menghapus tahayul yang bersandar pada hadits karangan orang.

Hingga beberapa hari setelah kejadian gempa yang menghebohkan itu, pada hari Senin (25/3/2024) kajian rutin di masjid sudah bisa dimulai lagi.

Mahasiswa ini mengajak warga beristighfar, memohon kebaikan kepada Allah taala ketika bencana datang dan menjelaskan peristiwa gempa di zaman Nabi Muhammad juga yang diceritakan dalam al-Quran.

Telepon dan WA dari keluarga mahasiswa terus berdering menanyakan kondisinya. Mereka terpengaruh berita hoaks yang beredar di medsos. Tersebar video tanah terbelah dan rumah hancur ditulis akibat gempa Bawean. Padahal itu peristiwa gempa Cianjur.

Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version