PWMU.CO – Membangun keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah dikupas penceramah Ahmad Habibul Muis Lc MSos di acara buka bersama wali santri dan warga di Pondok Pesantren al-Fattah Buduran Sidoarjo, Jawa Timur, Ahad (31/3/2024).
Dia menyampaikan, Islam menempatkan keluarga pada posisi penting karena dari keluarga akan terlahir anak saleh-salehah.
Pengajar Stidiqi ar-Rahmah itu mengatakan, lembaga pendidikan seperti Ponpes al Fattah hanya membantu tumbuh kembangnya anak menjadi saleh salehah. Selanjutnya doa dan usaha orangtua yang sangat berpengaruh.
Ia meminta kepada orangtua agar pendidikan anak jangan hanya diserahkan pada sekolah atau ponpes.
”Baik dan tidaknya anak juga bergantung cara asuh orangtuanya di rumah,” ujarnya.
Ia mengungkapkan keprihatinannya pada kondisi keluarga di Jawa Timur yang mencapai angka perceraian cukup tinggi yaitu 19 persen.
“Karena perceraian akan berdampak pada kondisi psikologis anak,” paparnya.
Ia menyebutkan, alasan perceraian yang tinggi disebabkan karena faktor ekonomi. ”Tujuan pernikahan yang diniatkan untuk menjaga kehormatan diri dan agama, insyaallah Allah akan menjamin dan memberi kekayaan, jadi jangan khawatir anak tidak bisa makan dan bayar sekolah,” tuturnya.
Lantas ia membacakan surat an-Nur ayat 32 yang artinya: Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.
Di akhir ceramahnya ia berpesan pada orangtua tentang tanggung jawab membangun keluarga sakinah dengan menyitir Quran surat at-Tahrim ayat 6: Wahai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluagamu dari api neraka.
Di antara menjaga keluarga, sambungnya, itu dipastikan memberi nafkah dari hasil yang halal dan baik. “Contohnya, uang yang digunakan untuk membayar anak-anak kita dari hasil yang halal pula. Semoga doa yang kita panjatkan menjadikan anak yang saleh dan salehah dikabulkan Allah,” doanya yang diaminkan jamaah.
Santri Pulang
Acara buka puasa ini mengakhiri kegiatan Pondok Pesantren al-Fattah Buduran Sidoarjo. Usia shalat jamaah Maghrib, santri berkemas dan membawa paspor (surat izin pulang) menuju orangtuanya untuk pulang. Liburan Idul Fitri.
Haru dan senang menyelimuti wajah santri karena berpisah dengan teman dan ustadz.
Seperti ungkapan santriwati kelas 8, Niswah An Nadia Hery Putri. Dia merasa senang bisa berlebaran bersama keluarga. Tapi liburan juga banyak tugas yang menanti. Selain menjaga shalat dan tadarus, ada tugas sekolah yang harus dikirim melalui video.
Dra Nur Djamilah MPd, wali kamarnya juga berpesan dalam Whatsapp Grup: selama ananda di rumah, momen terbaik ketika perpulangan adalah berdakwah, bukan hanya dakwah secara lisan melainkan juga melalui tindakan.
“Tetap semangat untuk santri-satriwati hebat al-Fattah, jaga diri, almamater, dan nama baik untuk kedua orangtua di rumah,” tulisnya mencuplik pesan Kepala Sekolah Mohammad Irsyadi SPd MPd.
Penulis Kusmiani Editor Sugeng Purwanto
Discussion about this post