Cuaca Buruk, Akhirnya Begini Shalat Idul Fitri Warga Gandusari Trenggalek; Liputan shalat idul Fitri 1445 oleh Kamas Tontowi
PWMU.CO – Trenggalek, Jawa Timur, Selasa (9/4/2024) sore hari, cuaca buruk. Hujan lebat mengguyur hampir seluruh Kabupaten Trenggalek.
Kondisi itu membuat panitia pelaksana shalat Idul Fitri Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) ketar-ketir. Pasalnya, dengan keadaan seperti ini shalat Idul Fitri yang biasanya dilaksanakan di lapangan terancam dipindahkan.
Ketua PCM Gandusari Anang Wirawan langsung bergerak. Dia meminta anggota dan panitia malam itu juga berkumpul di Lapangan Gandusari. Kemudian Anang menginstruksikan supaya para remaja dan pemuda menuju ke lapangan setelah shalat Isya.
Waktu menunjukkan pukul 19.30. Beberapa anak remaja dan pemuda berdatangan ke lapangan. Setelah beberapa saat mereka berkumpul di situ untuk melihat-lihat keadaan lapangan, apakah layak digunakan untuk shalat Idul Fitri atau tidak.
Anang Wirawan ditemani Wasis Tri Wahyudi, Hadi Prasetyo, dan lain-lain mendiskusikan keadaan. Lalu diputuskan: shalat Idul Fitri dilaksanakan di halaman Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Gandusari.
Sejak 1970 di Lapangan
Shalat Idul Fitri di lapangan sudah berlangsung sejak lama, sejak tahun 1970-an hingga kini. Tapi apabila cuaca tidak menentu dilakukan di masjid-masjid. Apabila lapangan becek dipindahkan ke halaman MIM Gandusari.
Meskipun begitu, banyak jamaah lain yang tidak hadir, sebaba mereka mengadakan shalat di masjid terdekat, karena halaman MIM Gandusari tidak mencukupi bila semua jamaah datang.
Rabu (10/4/2024) pukul 06.25 cuaca sangat cerah. Terlihat wajah-wajah. Tepat pukul 06.30 pembawa acara, Muhammad Daim, berdiri di depan jamaah untuk membuka acara dan menginformasikan tentang pelaksanaan shalat pagi ini.
Wasis Tri Wahyudi segera berdiri dan memimpin jamaah shalat dan diteruskan khotbah oleh Khoirun Nasihin, guru MIM Sukorejo.
Khotib memberikan pencerahan tentang bagaimana kita sebagai orang yang beriman menjadikan Idul Fitri untuk meningkatkan ketakwaan—menjadi pribadi paripurna setelah menjalankan proses berpuasa, menahan dari dahaga, lapar, hawa nafsu.
Sekitar pukul 07.30 kegiatan shalat berjamaah berakhir. Jamaah bersalaman saling memohon maaf dan memberikan maaf penuh ketulusan. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni