PWMU.CO – Film Nyai Ahmad Dahlan (NAD) merupakan film yang sangat menarik sekaligus mendidik. Di samping terdapat muatan pendidikan bagi kaum perempuan, baik yang usianya muda atau pun tua, juga ada adegan lucu yang membuat penonton tertawa. Apalagi, saat adegan Nyai Ahmad Dahlan – Siti Walidah – memberikan pelajaran membaca kepada kaum perempuan.
Saat adegan memberikan pelajaran membaca ejaan A – J – A – M misalnya, para perempuan yang ikut belajar serentak membaca ‘Ayam’. Hanya saja, ada satu perempuan tua yang membaca ‘Pitik’. Sontak penonton pun tertawa. Apalagi, ditambah dengan adegam perempuan tua tadi ngeyel dengan berkata: “Kan podo’ae, ayam yo pitik, pitik yo ayam”. Seloroh ibu tua yang ikut belajar membaca.
(Baca: Mengasah Loyalitas Pegawai Muhammadiyah Lewat Film Nyai Ahmad Dahlan)
Tak hanya itu saja, anak kecil yang menonton Film NAD itu pun langsung terngiang dengan lagu ‘Sang Surya. Bahkan, selama perjalanan pulang selesai nobar Film Nyai Ahmad Dahlan, Faris (belum genap 4 tahun) berteriak ‘Sang Surya…’. Meski ia akhirnya bingung kelanjutannya.
”Nggak apa-apa maklum anak kecil, yang penting bisa ikut nonton film Nyai Ahmad Dahlan,” ujar Udin, orang tuanya. Sedangkan Radin (siswa SD Muhammadiyah 4 Kota Malang) kakaknya Faris, merasa terharu sambil sesekali mengusap air mata saat Bu Nyai ditinggal KH Ahmad Dahlan menghadap ilahi rabbi.
Film tersebut sangat cocok untuk pembentukan karakter anak, lihat saja Haka dan Dahlan yang belum genap 4 tahun ketika dalam dialog menyebut Muhammadiyah atau Aisyiyah, mereka kompak bersorak, ” ha….Muhammadiyah,…ha…..Aisyiyah”.
(Baca: Borong Tiket Rp 54 Juta Nobar Film Nyai Ahmad Dahlan)
Lain lagi dengan Bariyah Umniyah, anak yang berusia 6 tahun, dan kebetulan duduk persis di samping kru pwmu.co, tak henti-hentinya mengusap air mata. Ia terlihat bisa mengikuti alur cerita dengan baik. Bariyah pun bisa mengambil kesimpulan saat melihat adegan Nyai Walidah menolong orang – orang yang digelandang tentara Jepang. ”Aisyiyah itu harus berbuat baik dan suka menolong ya,” ujar Bariyah spontan.
Pelajaran lain yang bisa diambil dari film tersebut adalah bahwa keluarga adalah kekuatan terbesar bagi siapa saja yang ikhlas menggerakkan Muhammadiyah. ”Sebelum mengajak yang lainnya, yang tentu harus dilakukan adalah berupaya mengajak keluarganya dulu,” tandasnya. (izzudin/uzlifah/aan)