PWMU.CO – Ludruk Garingan Sinar Pesisir (SP) Gresik meriahkan Rapat Koordinasi dan Halalbihalal Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur di Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) Gresik, Sabtu (20/4/2024).
Pelatih karawitan Ludruk SP Rijal Faris Zahid menjelaskan Ludruk Garingan Sinar Pesisir Gresik ini merupakan Grup ludruk ini dikelola Majelis Pendidikan Kader, Olahraga, dan Seni (MPKOS) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Gresik.
“Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang digelar di sebuah panggung yang mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan dan lain sebagainya. Ludruk diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai musik,” katanya.
Dialog atau monolog dalam ludruk bersifat menghibur dan membuat penontonnya tertawa, menggunakan bahasa khas Jawa. Bahasa lugas yang digunakan dalam ludruk dibuat mudah diserap oleh kalangan umum.
Pada umumnya, lanjutnya, ludruk dibuka dengan tandhakan seperti tari remo atau beskalan. Yang khas juga adanya jula-juli, yakni dengan mendendangkan parikan (pantun) dan kidungan (lagu) yang berisi tentang keadaan dalam masyarakat sosial, atau permasalahan sosial yang sedang hangat diperbincangkan sesuai dengan judul dan tema yang akan diusung dalam pertunjukan rencana tersebut.
Dia menuturkan, Ludruk SP yang dibentuk pada 25 September 2023 ini telah memiliki 48 anggota. Latihan rutinnya dilakukan di aula dan ruang karawitan SD Muhammadiyah Kompleks Gresik (SD Mugres).
“Tujuan utamanya adalah membawa misi dakwah kultural melalui seni tradisi ludruk,” ungkapnya.
Pemuda yang juga anggota LSBO PDM Gresik ini menambahkan, Ludruk SP sempat menggelar pementasan perdana dengan lakon Sarip Tambak Oso pada awal Maret 2024 lalu di Perguruan Muhammadiyah Gresik, Jalan KH Kholil 90 Gresik. Pementasan yang dihadiri oleh 300 lebih penonton ini menampilkan sajian komplek, lengkap dengan karawitannya.
“Kami melihat terdapat perubahan yang terjadi di masyarakat akibat arus budaya yang masuk di wilayah Gresik. Kami sebagai warga Muhammadiyah mencoba untuk masuk ke dalam ranah dakwah untuk memberikan warna dan penyegaran melalui kesenian tradisional seperti ludruk,” ungkapnya.
Kenapa ludruk? Rijal yang lulusan Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya ini menyatakan dia dan rekan-rekannya belum mempunyai kemampuan berdakwah seperti para kyai atau ustadz, yang dapat berceramah dari mimbar ke mimbar, dari majelis ke majelis, dari masjid ke masjid.
“Kebetulan passion kami mbanyol (komedi) dan karawitan. Jadi kami gunakan passion kami untuk menebar nasihat kebaikan. Selain juga sekaligus untuk melestarikan budaya,” katanya.
Ketua LSBO Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik Dewi Musdalifah mengatakan apa yang dirintis oleh Grup Ludruk Sinar Pesisir ini merupakan hal yang positif dan harus kita dorong untuk terus berkarya melalui seni karena dakwah Muhammadiyah saat ini dapat dilakukan melalui media apapun termasuk seni budaya sehingga Muhammadiyah dapat melepaskan diri dari stigma ekslusif di masyarakat.
“Pemainnya pun merupakan pemuda Muhammadiyah yang berkarya di beberapa amal usaha Muhammadiyah (AUM) yang berada di perguruan Muhammadiyah Gresik sehingga ini dapat menjadi inspirasi bagi lembaga Muhammadiyah di kabupaten yang lain sebagai bentuk era baru arah kebudayaan Muhammadiyah,” ungkapnya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh M Toha Mahsun SAg MPdI MHES. Ketua PDM Kab Gresik ini dalam sambutan mengatakan Ludruk Sinar Pesisir ini setara dengan ceramah di khotbah Jumat
“Materi yang disampaikan langsung yang terjadi di masyarakat sehingga ini penting posisi Muhammadiyah untuk masuk memberikan penyegaran melalui kesenian pun dapat digunakan untuk berdakwah,” katanya.
Hal yang sama juga disampaikan Sekertaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah PWM Jawa Timur Prof Dr Biyanto MAg. Dia menuturkan, sebagai aktivis Muhammadiyah haruslah Luas dan Luwes dalam berdakwah.
“Sehingga dakwahnya dapat masuk kedalam sendi atau rongga yang terdalam di masyarakat, karena pada dasarnya Muhammadiyah merupakan gerakan berkemajuan,” tegasnya. (*)
Penulis Bening Satria Prawita Diharja. Editor Ichwan Arif.