PWMU.CO – Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Nadjib Hamid MSi dalam acara up grading Pimpinan Muhammadiyah se-Kabupaten Malang memaparkan beberapa problematika yang menghinggapi cabang maupun ranting Muhammadiyah.
Salah satunya adalah adanya mindset unik di Muhammadiyah. Yakni, mereka yang aktif jadi sasaran kritik. ”Jadi, yang aman adalah mereka yang tidak aktif. Karena bebas mengkritik dan tidak berkeringat berjuang di Persyarikatan,” ujar Nadjib di Meeting Hall Rumah Sakit Umum (RSU) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Jalan Tlogomas, Kota Malang, Sabtu (26/8) kemarin.
(Baca: Yayasan Dilarang Kelola Amal Usaha Muhammadiyah)
Kedua, lanjut Nadjib, yakni adanya model atau tipologi kader yang bermacam-macam di Muhammadiyah. ”Yang ketiga adalah konsep pemahaman agama Islam yang juga beragam,” terangnya di hadapan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) dan Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) se-Kabupaten Malang.
Lebih lanjut, Najib menyampaikan tentang pemahaman makna Islami dan tidak islami. Nadjib menerangkan, alangkah menderitanya jadi guru TK ABA, jika dianggap kafir hanya karena hampir semua proses pembelajaran menggunakan musik dan lagu.
”Guru TK ABA akan dianggap kafir oleh mereka yang menggunakan adagium kafir berdasarkan persepsi individual yang penuh kesombongan. Pola pemikiran seperti itu yang menghijabi Islam,” ungkap Najib.
(Baca juga: Ini Kendala yang Dihadapi dalam Penyatuan Kalender Islam Secara Global)
Di sisi yang lain, kata Nadjib, ada yang beranggapan bahwa Islam itu adalah kebebasan. Bahkan, cenderung kebablasan. ”Nah, yang model seperti itu malah menarik bagi anak muda,” ceritanya.
Di akhir paparannya, Najib menerangkan tentang konsep taabudi dan taaquli. Terutama, terkait prinsip taabudi dan taaquli. Sehingga gerak muhammadiyah menjadi indah, luwes, dan menyentuh semua kelompok dan golongan.(uzlifah/aan).