PWMU.CO – Tiga cara melawan rasa malas menjadi tema khutbah Jumat di Masjid ad- Dakwah SMA Muhammadiyah 4 Sidayu (Smamsi) Gresik, Jawa Timur, Jumat (3/5/2024).
Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Heri Istanto SPd mengatakan, “Teruslah meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Peningkatan iman terus dilakukan dengan peningkatan amal shalih. Karena derajat kemuliaan seorang hamba di sisi Allah hanyalah dinilai dengan ketakwaannya.”
Heri lantas menukil al-Hujurat ayat 13, “Sesungguhnya orang yang mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.”
Dari ayat itulah ia menegaskan, globalisasi bukan hanya membawa dampak positif, namun juga menciptakan dampak negatif terhadap kehidupan manusia. “Dampak tersebut dapat dilihat pada kehidupan manusia sehari-hari. Manusia digiring pada kebiasaan untuk memperoleh segala sesuatunya dengan mudah dan bahkan instan,” ungkapnya.
Heri mencontohkan, teknologi baru saat ini telah memudahkan manusia untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaannya dengan sangat mudah. “Sehingga ia tidak banyak melakukan aktivitas fisik yang diperlukannya. Hal tersebut pada akhirnya akan memupuk rasa malas dalam diri manusia,” katanya.
Dia menjelaskan, dalam Islam sesungguhnya malas itu sangat dicela dan tidak baik untuk dipelihara. Islam sangat menekankan agar umatnya selalu berusaha untuk menjauhi perbuatan malas.
Nabi Muhammad SAW, lanjutnya, pernah berkata, “Jauhilah malas dan tidak semangat sebab kedua sifat tersebut akan menghalangimu untuk memperoleh manfaat dari dunia dan akhirat.”
Maksudnya, malas khususnya dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan yang diperintahkan Allah SWT adalah perbuatan yang buruk. Sifat itu, kata Heri, dianggap sebagai ciri orang-orang munafik.
“Manusia yang malas tidak akan melaksanakan kewajiban-kewajiban agama dan pada akhirnya ia akan terjerumus ke dalam lembah dosa dan maksiat serta kesengsaraan,” imbuhnya.
Dampak malas bagi manusia, kata Heri, telah sampai pada tahap yang sangat sulit untuk diusir. “Sisi buruk sifat malas bukan hanya terkait pada agama semata, namun malas dapat menimbulkan sifat menyia-nyiakan waktu, berlebihan, tidak mau meraih apa pun, dan penyesalan yang sangat parah,” ucapnya.
Tiga Cara Usir Rasa Malas
Heri lanjut menambahkan tiga cara ampuh yang Rasulullah ajarkan dalam mengusir malas dari diri. Pertama, perbanyak doa.
“Doa adalah senjata yang paling ampuh bagi umat muslim dalam hal apapun. Karena hal ini merupakan salah satu bentuk penghambaan diri kita pada Allah SWT,” terangnya.
Ia menekankan, doa merupakan obat mujarab untuk menyembuhkan jiwa orang mukmin yang sudah terjangkiti berbagai penyakit termasuk penyakit malas.
“Namun doa yang dimintakan harus dengan bersungguh-sungguh kemudian harus dibarengi dengan usaha,” ujarnya.
Kedua, melawan bisikan setan. Ia menyebutkan, malas sebenarnya bisikan setan. “Setan akan terus berusaha mengusik dan membujuk kita agar mengikuti hawa nafsu manusia untuk menjadi pemalas dalam hal aktivitas maupun dalam hal ibadah,” ungkapnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, harus terus melawannya dengan cara tidak mengikuti apapun yang setan bisikkan, termasuk dengan kebiasaan malas.
“Jika kita bisa melawan dan mengalahkan bisikan setan maka secara otomatis rasa malas yang ada pada kita akan hilang, karena pada hakikatnya rasa malas berasal dari setan,” jelasnya.
Ketiga, mengusir malas dengan ilmu. Heri mengatakan, ilmu adalah hal yang diwajibkan kepada umat Islam.
“Karena dengan ilmu kita bisa melakukan hal-hal baik. Ilmu membuat seseorang jadi mulia, baik di hadapan manusia juga di hadapan Allah SWT,” terangnya.
Dengan memiliki ilmu yang luas, sambungnya, akan mempermudah dalam memahami suatu hal dari segi kebaikan ataupun keburukannya. “Dengan memiliki ilmu, kita akan tahu faedah-faedah melakukan suatu hal. Misalkan dalam hal shalat berjamaah, orang yang memiliki ilmu tentang hal ini akan termotivasi dalam mengerjakan ibadah,” ungkapnya.
Ia mendoakan, semoga mereka selalu berusaha untuk taat kepada Allah SWT dan berusaha untuk selalu mengusir atau menghindari penyakit malas dari dalam diri. (*)
Penulis Chilmiyati Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni