PWMU.CO – Bila ada keluarga atau tetangga yang meninggal dunia dibahas dalam Pelatihan Perawatan Jenazah, di Kantor Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Surabaya, Jalan Wuni, Ahad (5/5/2024).
Dra Hj Tsuwaibah Aslamiyah BA dalam—Wakil Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kota Surabaya Koordinator Majelis Tabligh dan Ketarjihan (MTK) dan Majelis Kebencanaan dan Lingkungan Hidup (MKLH)—memberikan materi tentang perawatan jenazah.
“Jika masyarakat ada yang minta tolong kepada kita untuk merawat jenazah keluarganya apakah kita sudah siap apa belum? Ibu-ibu Aisyiyah siap dirawat apa siap merawat?” tanyanya retoris mengawali materi.
“Tentunya keduanya harus siap, makanya harus kita bekali diri kita ilmu bagaimana merawat, dan juga kita bekali diri kita ini dengan bekal iman dan takwa untuk dirawat,” tambahnya.
“Bukan karena keluarga dan harta benda, tetapi bekalnya adalah amal shalehah kita. Termasuk para ibu-ibu hadir di sini adalah untuk cari bekal. Semoga kita diberikan kemudahan oleh Allah SWT untuk mendapatkan ilmu yang manfaat,” doa Aslamiyah.
Dia menegaskan, kalau ilmunya dibawa pulang, kemudian diamalkan dan ditularkan maka akan menjadi manfaat. Tetapi jika ilmunya dibawa pulang tetapi disimpan saja maka tidak akan manfaat.
Aslamiyah lalu menguraikan tata cara jika ada keluarga atau tetangga yang meninggal dunia. Yaitu, sebagai berikut:
- Mengucapkan innalillahi wainna ilaihiraji’un.
- Membaca doa
- Memejamkan matanya; mengatupkan mulutnya; menyedekapkan kedua tangannya dengan posisi telapak tangan kanan di atas punggung telapak tangan kiri.
- Membujurkan tubuh mayat dengan posisi menghadap ke Ka’bah dan menutupnya dengan kain.
- Memohonkan ampun kepada Allah dengan membaca “Allahummafirlahu …” dan seterusnya.
- Menyebarkan berita kepada tetangga dan sanak saudara dengan tujuan sesama Muslim tahu kemudian segera hadir untuk segera ada yang merawat jenazah dari memandikan, mengafani, menyalati, dan mengantar ke kubur.
- Pihak keluarga memberikan pengumuman bagi siapa saja yang mungkin pernah diutangi oleh si mayat dan belum terbayarkan, untuk menghubungi pihak keluarganya. Sebab kalau tidak begitu nanti nyawanya tergantung karena utangnya.
“Kewajiban yang harus dilaksanakan sebagai sesama Muslim yaitu fardhu kifayah, dengan memandikan, mengafani, menyalatkan, dan menguburnya. Mengubur ini yang melakukan kaum laki-laki, sebab Nabi Muhammad melarang para perempuan mengantarkan jenazah,” jelasnya.
Sebelum proses memandikan maka dipastikan dulu seluruh peralatan dan kebutuhan untuk memandikan serta mengafani sudah disiapkan. Dari bak, air, daun bidara, kapur barus, sabun, sampo, kain kafan dan lain-lain.
“Jangan sampai ada kejadian ketika diproses maka ada yang lupa tidak disiapkan, maka akan merepotkan sendiri dan juga kasihan pada mayit karena kelamaan, begitu pula dengan tempat memandikan haruslah di tempat yang tertutup tidak boleh terbuka,” tambahnya.
Dia menegaskan, “Jika kita ada ilmu maka akan mudah semuanya. Jadi Tim Perawatan Jenazah dan Takziah Aisyiyah Kota Surabaya sudah siap dengan kondisi yang ada untuk mempersiapkan segala kebutuhan untuk perawatan jenazah.” (*)
Penulis Heniati Editor Mohammad Nurfatoni