PWMU.CO – Bikin kerajinan ecobrik, Pembelajaran Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) MA Muhammadiyah Sidayu (Mamsa) Gresik Jawa Timur menghadirkan menghadirkan Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah (PCNA) Sidayu, Selasa (14/5/2024).
Kegiatan ini menghadirkan tiga anggota pemateri dari organisasi Nasyiatul Aisyiyah di bidang Departement Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LHPB). Kegiatan yang dimulai pukul 11.00- 13.00 WIB di kelas X. Adapun yang mengikuti kegiatan tersebut kelas X dan XI berjumlah dua belas siswa serta tidak lupa dua guru yang ikut mendampingi siswa.
Pemateri dari PCNA Sidayu Norma Ismayucha mengatakan, kegiatan mengolah sampah anorganik ini bertujuan agar para siswa MA Muhammadiyah 1 bisa mengelolah limbah plastik menjadi kerajinan atau karya seni yang indah dan bernilai. Sehingga salah satu solusi yang bisa digunakan adalah memanfaatkan sampah plastik menjadi ecobrik.
“Dari pembuatan ecobrik dapat meminimalisir sampah plastik yang akan dibakar atau menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Ecobrik juga dapat digunakan untuk membangun sesuatu yang berguna seperti furnitur bangunan,” katanya.
Dia pun mengungkapkan alasannya karena sampah merupakan permasalahan yang serius yang memberikan dampak bagi lingkungan, sehingga harus dicari solusi terbaik untuk mengatasi masalah ini.
“Dengan kegiatan membuat ecobrik sangat penting sebagai salah satu solusi yang bisa dilakukan dalam mengolah limbah plastik di sekitar kita,” ucapnya.
Dia menambahkan bahan untuk membuat ecobrik di antaranya: botol plastik 600ml, sampah plastik, tongkat kayu, gunting, dan timbangan.
Selanjutnya, langkah-langkah pembuatan ecobrik antara lain, pertama, terlebih dahulu cuci pilah dan bersihkan sampah plastik dengan mencucinya terus dikeringkan kemudian digunting-gunting menjadi potongan kecil.
Kedua, sediakan botol air mineral dalam jumlah banyak. Ketiga, gunakan tongkat untuk memasukkan sampah plastik ke dalam botol. Keempat, padatkan sampah plastik menggunakan tongkat hingga botol tidak keluar bunyi yang artinya botol sudah kokoh.
Kemudian yang kelima timbang setiap ecobrik dengan berat minimal 200 gram boleh lebih. Yang terakhir, simpan ecobrik di tempat yang teduh.
Siswa terlihat antusias dan semangat sekali mengikuti kegiatan tersebut. Meskipun para siswa cuma mendapatkan sebatas arahan dari pemateri PCNA Sidayu. “Hanya saja mereka butuh ketelatenan, kreativitas dan kemauan untuk menghasilkan sebuah karya,” jelasnya.
Berikutnya, siswa bisa mengembangkan sendiri kreativitas mereka dalam proses pembuatan ecobrik dengan pantauan dari pemateri atau guru pendamping di madrasah.
Dia berharap, semoga untuk kedepannya siswa Mamsa dapat menumbuhkan budaya peduli lingkungan dan antiplastik demi terwujudnya lingkunganyang bersih dan sehat. (*)
Penulis Chilmiyati. Editor Ichwan Arif.