PWMU.CO – Dukungan Iran pada Palestina pascawafatnya Presiden Ebrahim Raisi dalam sebuah kecelakaan helikopter mengundang tanda tanya.
Menanggapi hal tersebut, Haryo Prasodjo MA, dosen Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memberikan pandangannya tentang dampak dari peristiwa ini.
“Konflik antara Israel dan Palestina adalah imbas dari peristiwa di masa lalu. Dari segi hubungan internasional, Iran ingin menunjukkan kekuatan baru dalam politik regional,” ujarnya Selasa (28/5/2024).
Haryo menambahkan dukungan Iran terhadap Palestina juga dipengaruhi oleh dinamika internal seperti kepentingan politik, identitas regional dan adanya hubungan kerja sama dengan negara lain. Secara geografis, lokasi Iran yang relatif dekat dengan Israel dan Palestina menambah kompleksitas situasi.
“Di negara-negara Timur Tengah, aspek kesukuan tidak dapat diabaikan. Ini mempengaruhi bagaimana Iran melihat kepentingannya dalam konflik ini,” kata Haryo.
“Sebenarnya konflik ini terjadi atas dasar masalah pengakuan atau kedaulatan, di mana Palestina tidak mendapatkan pengakuan dari internasional. Sementara itu, negara internasional terutama negara muslim belum cukup berani untuk memutuskan kedaulatan tersebut, karena saat ini cenderung menganut sistem barat,” jelasnya.
Kematian Presiden Raisi menyebabkan ketidakpastian politik di Iran. Terlebih, Iran sedang mengalami masa transisi kepemimpinan yang penting. Iran harus mempertimbangkan kembali mengenai keterlibatannya dalam perang dan memastikan apakah pengganti presiden Raisi memiliki visi, misi, dan perspektif yang sama.
Meskipun kematian Presiden Iran tidak langsung mengubah dukungan Iran terhadap kelompok-kelompok militan Palestina, namun ketidakstabilan politik bisa mempengaruhi seberapa aktif Iran dapat terlibat dalam konflik Israel-Palestina. Menurut Haryo, saat ini belum ada perubahan signifikan dalam peta konflik antara Israel dan Palestina.
“Dunia internasional masih fokus pada bantuan kemanusiaan, diplomatik di PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa), serta dukungan moril dan materiil,” jelasnya.
Namun, ketegangan konflik diperkirakan akan semakin meningkat dengan adanya kabar meninggalnya Presiden Raisi yang belum jelas penyebabnya. Entah memang karena campur tangan Israel atau justru faktor internal dari helikopter maupun faktor cuaca.
Di tengah situasi yang semakin kompleks ini, Haryo menekankan pentingnya kesatuan di antara kelompok-kelompok Palestina. “Hamas dan Fatah, sebagai dua kelompok besar di Palestina harus memiliki satu suara mengenai masa depan Palestina. Masalah internal ini seharusnya diselesaikan lebih dulu sebelum merambah ke tingkat internasional,” katanya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni