PWMU.CO – Memasuki musim kemarau di bulan Mei, kekeringan persawahan mulai terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia seperti Sidoarjo yang dikenal sebagai lumbung padi. Kemarau diperkirakan hingga bulan November 2024 mendatang.
Memasuki musim kemarau, petani rentan gagal panen. Pakar pertanian Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) M Abror SP MM menjelaskan beberapa langkah mengantisipasi terjadinya gagal panen atau menekan risiko gagal panen.
Dihubungi Sabtu (1/6/2024), dosen Agroteknologi Umsida ini menerangkan cara mengatasi masalah kekeringan di Sidoarjo, petani dapat menerapkan beberapa solusi yang efektif dan berkelanjutan, misalnya:
1. Penggunaan teknik irigasi yang efisien seperti irigasi tetes dan irigasi mikro. Hal itu dapat membantu menghemat air dan memastikan tanaman mendapatkan pasokan air yang cukup.
2. Diversifikasi tanaman yang dapat dilakukan dengan cara menanam varietas yang lebih tahan kekeringan agar tetap tumbuh saat cuaca ekstrem.
3. Pengelolaan tanah yang baik melalui praktik konservasi tanah. Seperti mulsa dan penanaman penutup tanah yang dapat meningkatkan retensi air dan mengurangi evaporasi.
4. Pembangunan infrastruktur penampungan air seperti embung dan kolam tadah hujan sebagai wadah sumber air tambahan selama musim kering.
5. Mengadopsi teknologi modern seperti sensor kelembaban tanah dan aplikasi pengelolaan air berbasis data yang dapat membantu petani mengelola irigasi secara lebih efektif.
6. Peningkatan kesadaran dan pengetahuan melalui penyuluhan tentang teknik-teknik pertanian berkelanjutan juga penting untuk membantu petani mengantisipasi dan mengelola risiko kekeringan.
7. Meningkatkan kerjasama antar petani dan pemerintah dalam pengelolaan sumber daya air serta penyuluhan tentang praktik pertanian berkelanjutan juga penting untuk memastikan keberlanjutan pertanian di Sidoarjo.
”Dengan langkah-langkah ini, petani dapat meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan dan menjaga produktivitas pertanian,” kata Abror yang juga Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Candi.
Terkait alternatif panen dini, dia berpendapat, hal tersebut bisa dilakukan untuk menekan risiko gagal panen akibat kekeringan.
Abror mengatakan, dengan memanen tanaman sebelum kekeringan mencapai puncaknya, petani dapat menghindari kerusakan tanaman yang lebih parah dan mengurangi kerugian.
Panen dini memungkinkan petani untuk mendapatkan hasil yang masih layak jual meskipun belum mencapai potensi maksimal, sehingga dapat mengamankan sebagian pendapatan dan mengurangi dampak ekonomi negatif.
Namun, tuturnya, panen dini juga harus dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain, seperti kondisi pasar dan kualitas produk karena panen yang terlalu awal bisa mengurangi kualitas hasil panen.
Oleh karena itu, petani perlu melakukan pemantauan yang cermat terhadap kondisi tanaman dan cuaca, serta mempertimbangkan rekomendasi teknis dari penyuluh pertanian untuk memastikan bahwa panen dini benar-benar menjadi solusi yang efektif dalam mengurangi risiko gagal panen akibat kekeringan.
Penulis Romadhona S. Editor Sugeng Purwanto