Terpilihnya H. Abdul Hadi sebagai Ketua Majelis Perwakilan PB Wilayah Jawa Timur ini membuat Perwakilah PB Muhammadiyah Daerah eks Karesidenan Surabaya dan Bojonegoro, juga berubah. Maka melalui sebuah musyawarah, ditetapkanlah H.M. Saleh Ibrahim sebagai Ketua MP PB Surabaya-Bojonegoro periode 1952-1955.
(Baca: Ternyata, Ada 4 Tokoh Muhammadiyah Jatim yang Diabadikan sebagai Nama Rumah Sakit Pemerintah dan baca juga 3 Tokoh Muhammadiyah Jatim yang Diabadikan sebagai Nama Rumah Sakit Pemerintah)
Hasil dari musyawarah di Jl. Peneleh 18 Surabaya merupakan inisiatif murni kader-kader Muhammadiyah Jatim. Keputusannya adalah menunjuk Abdulhadi sebagai Ketua, dibantu anggota Nurhasan Zain, Dr M. Soewandhie, M. Saleh Ibrahim dan Rajab Gani. Kepengurusan tersebut akhirnya disahkan oleh PB Muhammadiyah dengan SK no 180D tertanggal 1 Jumadil Akhir atau bertepatan 27 Februari 1952. Surat Keputusan tersebut sekaligus mengakui keberadaan perwakilan PB Muhammadiyah Jatim.
Menurut almarhum Nurhasan Zain, musyawarah tersebut berlangsung dengan penuh kekeluargaan. Pemilihan Abdulhadi lebih didasari faktor ketokohan serta senioritasnya dibanding yang lain. “Forum itu murni digagas dan dilaksanakan kader-kader Muhammadiyah Jatim. Pimpinan forum, ya Pak Abdulhadi.”
(Baca juga: 5 Cerita Kedekatan Bung Karno-Mas Mansur dan Pemakubumi Islam Berkemajuan di Jember, serta Penebar Visi Islam Berkemajuan di Madura)
Abdulhadi pula yang menjadi tokoh sentral dalam mengumpulkan para tokoh Muhammadiyah dari berbagai Karesidenan di Jatim itu. Tentu bukan cara mudah untuk mengumpulkan mereka yang berdomisili dari Malang, Besuki, Madiun, Madura, dan Kediri, ketika alat transportasi dan komunikasi masih sangat terbatas.
3. Ubah Genteng Scout Jadi Genteng Muhammadiyah
selanjutnya halaman 04…