PWMU. CO – 4 perwakilan dari KBIH Baitul Athiq, terdiri dari Ketua Rombongan yakni Suwandi, Ketua Regu, Zaki Abdul Wahid dan Ahmad Sahlan serta Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gresik, Muhammad Thoha Mahsun mengunjungi tempat penyembelihan hewan Dam atau Hadyu pada Ahad (23/06/2024).
Kami berkunjung ke rumah pemotongan hewan untuk memastikan bahwa semua hewan Dam jamaah Haji sudah tersembelih semua, itu karena jamaah Haji KBIH Baitul Athiq melaksanakan Haji Tamattu yang mengharuskan membayar Dam (denda) berupa penyembelihan hewan kambing.
Keluar hotel Shofwat Al-Mead hotel kloter 81 Diskrit Misfalah, mobil melaju ke arah Jeddah, ring road dengan pak Abdul Rahim sebagai Muttawif, serta Ustadz Akhyar sebagai penunjuk jalan.
Dengan mengendarai Nissan X-Trail,
Menelusuri jalan raya ring road Makkah arah Jeddah meskipun tempatnya masih di kawasan Makkah.
Suasana jalan tidak begitu ramai jauh dari macet, suasana perbukitan gersang tersaji, jarang terlihat pepohonan, hanya ranting-ranting kering dan bebatuan.
Rata-rata bangunan rumah di Makkah berdiri di atas bukit-bukit cadas. Tidak ada atap genteng yang ada hanya rumah berbentuk balok-balok kotak bercat putih, ada yang dibangun dengan tanah liat, konon agar dapat menyerap panas.
Jalanan di Makkah lebar, bahkan sampai ada 5 jalur haluan, jalan tanpa lubang, mulus, namun jalan yang mulus itu membuat kendaraan tidak boleh melebihi kecepatan 100 km per jam karena bila terjadi maka siap-siap ada rekam jejak ngebut saat di
tilang.
Jarak perjalanan kurang lebih sekitar 30 menit sampai di diskrit Oum Al Joud. Kebanyakan yang memiliki rumah pemotongan Hadyu atau Dam adalah dari kebangsaan Afrika Mali. Tepat di distrik itu pula ada Kantor Duta Besar Mali Afrika Barat.
Mali sendiri adalah negara di Afrika yang letaknya di selatan Algeria, tetapi karena mereka lama di Makkah, rata-rata komunikasinya dengan bahasa Arab Aamy, bahasa Arab pasaran khas dealek Makkah.
Saya bertanya pada salah satu dari penjagal tentang jenis kambing. Dia dipanggil Yunus.
“Jenis kambing apa yang dibuat Dam?,” tanyaku padanya.
Yunus menjawab, jenis Kambingnya adalah Barbary atau Domba Barbary yang kerap ditemukan di iklim pegunungan berbatu di Afrika Utara, bentuknya kecil namun telah dewasa warna bulunya hitam di bagian kepala dan putih untuk badannya, tanduknya agak panjang melengkung dan tajam.
90 kambing Barbary atas nama para jamaah Haji datang dengan mobil angkut Mitsubishi Truk, agaknya mobil Nissan dan Mitsubishi di Makkah begitu digemari karena ketangguhannya di Medan bebatuan, Selain mobil keluaran Amerika GMC (Global Machinnery Company).
Penjagal pun bersiap dengan belatinya yang tajam, tidak butuh waktu lama, ketika dipanggil nama peserta hajinya maka sekali tebas langsung menggorok kambing seraya mengucapkan takbir.
Ada kejadian unik saat di pemotongan, dari semua kambing yang didatangkan dari peternakan yang diimpor, Tidak ada satu pun kambing yang mengembik dan bersuara. ketika itu, yang sadar adalah ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Gresik Muhammad Thoha Mahsun SAg MPdI.
“Kok tidak ada suara kambing sama sekali?mungkin kambing-kambing itu sudah ikhlas dan tahu mau diapakan,” kelakarnya.
Saya bertanya pada Yunus, kenapa para penjagal meminum semacam ramuan berwarna merah darah. Pada awalnya saya kira itu adalah semacam jamu, ternyata itu adalah minuman yang berkhasiat menekankan darah tinggi, mengingat suasana padatnya hewan yang perlu dipotong membuat para pekerja diberi ramuan itu untuk mengurangi tekanan darah tinggi para penjagal.
Saya minta untuk mencoba ramuannya, ternyata saya harus membayar 1 Riyal per botolnya dan itu mereka beri nama Minuman Al-Karaz Ahmar semacam ramuan dari Cerry merah, Rasanya masam dan manis.
Menyegarkan karena setiap tegukannya meningkatkan adrenalin dan tingkat konsentrasi saat bekerja. (*)
Penulis: Zaki Abdul Wahid Editor: Ni’matul Faizah