PWMU.CO – Achsanul Qosasi dinilai oleh Persatuan PWI Jatim sebagai sosok penting dalam kebangkitan sepakbola di Madura. Melihat perjalanan hidupnya, Achsanul sesungguhnya salah satu putra dari tokoh penting di Sumenep. Tepatnya Kyai Haji Bahauddin Mudhary.
Lantas siapa sebenarnya KH Bahauddin Mudhary? Berikut ini adalah tulisan wartawan Radio Republik Indonesia (RRI) Afnani Hawari, tentang sosok Kyai Baha, begitu sapaan akrabnya. Afnani sendiri masih cucu dari Kyai Baha’, yang sekaligus masih keponakan Achsanul dari jalur istri yang berbeda. Kyai Baha juga pernah punya anak yang bernama sama: Afnani Hawari. Namun, karena sang anak meninggal ketika masih kecil, nama itu lantas “dioper” ke cucunya yang baru lahir dengan nama yang sama. Sebuah tradisi yang biasa di Sumenep.
(Baca:Dua Kyai Lahirkan Tokoh Nasional Penerima PWI Jatim Award)
Berjudul “Kiai Modernis yang Filosof”, ia menjadi salah satu bagian dari buku “Siapa dan SiApa: 50 Tokoh Muhammadiyah Jawa Timur Seri II. Riwayat hidup Kiai Haji Bahaudin Mudhary memang punya kemiripan dengan perjalanan KH Ahmad Dahlan yang mampu mendamaikan nilai Islam dan modernitas. Kisah perjalanannya mencerminkan Kiai Muhammadiyah yang modern, cerdas, tegas, dan menembus batas peradaban.
Lahir di Jagatimba, Kepanjen, Sumenep, Jum’at 23 April 1920. Putra keenam dari delapan bersaudara pasangan K.H. Ahmad Sufhansa Mudhary dan Siti Afiyah. Nenek moyangnya dahulu sebagai penghulu Keraton Sumenep dan rumahnya bersebelahan dengan Tamansari Keraton Sumenep.
selanjutnya halaman 2…