Di bulan Ramadhan, Masjid Pesantren Sumenep selalu penuh dengan jamaah. Shalat tarawih ditegakkan dengan 11 rakaat (4, 4, 3) sedangkan pada saat itu di masyarakat masih kental berlaku 21 rakaat. Walau demikian karena selain bacaan surat dari imamnya panjang-panjang, juga setelah tarawih, diberikan santapan rohani yang dilanjutkan dengan tanya jawab. Imam, penceramah, mu’azzin dibawakan secara bergilir oleh dia dan santri-santrinya.
Apabila dia menjadi imam, berbagai macam tanggapan jamaah. Ada yang agak mengeluh karena ayat-ayat yang dia bawakan panjang-panjang, tapi ada yang senang, biarpun ayatnya panjang tapi suara dan lagunya membikin kita terbawa dalam suasana khusyu’. Bila yang dibawakan ayat mengenai keindahan dan kemegahan surga, suaranya kadang pelan dan menyentuh, namun bila yang dibawakan ayat tentang keganasan neraka, suara dia berintonasi tinggi dan cepat.
Dulu, penampilan seorang Kiai (apalagi Madura) adalah memakai surban, bersarung dan berjubah. Namun dia jauh dari penampilan tersebut (berpakaian umumnya orang kebanyakan) dan ditambah lagi dengan kemampuannya yang “nyeleneh” tidak aneh bila menimbulkan gejolak sinis dalam masyarakat. Belum lagi keberanian dia dalam pembaharuan menembus tradisi, misalnya melaksanakan shalat Idhul Fitri/Idhul Adha di lapangan yang pertama kalinya di Kabupaten Sumenep, yang melibatkan kaum perempuan. Semua kecaman dan sindiran dia hadapi tanpa kekerasan, tapi dengan keluwesan, demi pembenaran dan pengertian wawasan Islam.
(Baca:Dua Kyai Lahirkan Tokoh Nasional Penerima PWI Jatim Award)
Tulisan-tulisan Kiai Bahaudin (Setetes Rahasia Alam Tuhan, Setetes Rahasia Ibadah, dan Daya Nalar Budi) tentang rahasia metafisika telah memberikan sumbangan besar bagi Islam. Hal ini mengingat bahwa untuk meyakinkan kaum ilmuwan yang barangkali tidak memiliki iman akan dapat menemukan titik temu antara sains dengan agama.
Kiai Bahaudin merupakan salah satu Kiai langka yang pemikiran intelektualnya dapat dijadikan suatu kajian kontekstual. Pada tulisannya yang lain, ia sangat paham tentang Kristologi, sehingga pada 1970-an pernah mengegerkan Madura, karena dialognya dengan pastor yang kemudian masuk Islam. Buku tulisan dia tentang Kristologi adalah Dialog Masalah Ketuhanan Yesus (Jilid 1), dan Dialog Masalah Kebenaran Bibel (Jilid 2).
selanjutnya halaman 6…