PWMU.CO – Pengajian itu tidak boleh berhenti di pengajian, namun harus ada tindakan. Jika tidak ada perubahan, maka hal itu sia-sia. Harus ada action, harus ada gerakan dan harus ada perubahan. Demikian ditegaskan Wakil Ketua PWM Jatim Najib Hamid saat mengisi pengajian yang diadakan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Gubeng di Masjid Jenderal Sudirman, Ahad (10/9).
Dalam pengajian dengan tema ‘Qurban dan Kepedulian Sesama’ ini, Nadjib menjelaskan bahwa ada dua dimensi dalam ibadah qurban. Yakni hablum minallah dan hablum minan naas. “Hablum minannas-nya jelas. Yaitu mengajarkan kepedulian terhadap sesama,” kata Nadjib.
Menurut dia, siapapun bisa menjalankan ibadah qurban asal mau bersungguh-sungguh. Seperti kisah tukang becak dari Yogyakarta yang mengejutkan takmir masjid, karena dia dapat berqurban ternak terbaik di antara yang lain. Ini membuktikan bahwa dia bersungguh-sungguh dalam agama. Tidak sebatas pengajian saja, tapi juga menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
“Padahal beliau bukan pemilik becak tersebut akan tetapi dia penyewa becak. Banyak ilmuwan yang mampu hanya berkutat pada mengkaji saja, namun tidak berqurban. Tapi si abang becak ini sanggup merealisakannya,” tutur dia.
(Baca: Nadjib Hamid: Warga Muhammadiyah Jangan Taklid dan Wasiat Kiai Dahlan untuk Dosen UMSIDA)
Dia menjelaskan, konsep kepedulian Muhammadiyah terhadap kondisi sosial terinspirasi dari QS. Al-Ma’un. Maknanya, Harus ada gerakan untuk membantu saudara yang kesusahan. Termasuk yang terbelit kasus riba atau rentenir.
“Jangan berhenti di pengajian saja, harus ada gerakan membantu saudara atau jamaah kita. Membantu kebutuhan duniawi mereka bisa menyelematkan aqidah mereka. Ayo kita galakkan gerakan Al-Maun di abad kedua ini, dengan design dan bentuk yang berbeda,” tuturnya. (ferry/ilmi)