Bajigur dan Jajanan Tradisional Bandung Hangatkan Peserta UKW

Amar melayani pesanan bajigur Wafiq Amiqoh (Tri Eko Sulistiowati/PWMU.CO)

PWMU.CO – Pukul 18.30 WIB, Masruri selaku admin lembaga UKW UMJ juga sebagai staf MPI PP Muhammadiyah mengumumkan ada minuman tradisional Bandung seperti bajigur yang bisa dinikmati oleh peserta. Info itu dibagikan pada Whatsapp group peserta UKW pada Sabtu (13/7/2024) lalu.

Banyak cara yang dilakukan MPI PP Muhammadiyah selaku panitia untuk mengembalikan stamina peserta UKW Angkatan 10. Lembaga Uji Kompetensi Wartawan Universitas Muhammadiyah Jakarta (LUKW UMJ) mengadakan acara ini di Auditorium KH Ahmad Dahlan UM Bandung.

Selain memberikan pendampingan di meja panitia dengan fasilitas alat tulis dan printer yang memudahkan kegiatan cetak-mencetak hasil pekerjaan peserta, tak lupa mereka juga menyiapkan tambahan gizi berupa camilan dan minuman hangat sesuai selera.

Ada meja konsumsi yang tertata rapi dengan toples makanan ringan tiga varian rasa yang bisa dinikmati. Kemudian di sebelah kanannya tersedia aneka minuman sachet yang terdiri dari berbagai macam kopi hingga teh celup, lengkap dengan gula pasir.

Dispenser pemanas air yang siap sedia jadi pelengkap wajib yang disiapkan sehingga peserta bebas mengambil sesuka hatinya di selang waktu mengerjakan tugas masing-masing.

Menikmati Jajanan Khas Bandung

Tetiba peserta mendapati pengumuman di whatsapp group peserta UKW UMJ Ke 10 Bandung yang ditulis Masruri ” Nanti kita minum bajigur di aula”. Tanpa harus mencari penjualnya ke lokasi tertentu di Bandung, panitia telah menyediakan doping terbaiknya.

Dengan pelayanan maksimal, Amar dan Yutti Yuniarti memberikan minuman hangat tradisional Bandung yang berbahan dasar jahe disebut bandrek dan bajigur serta jajanan pasar putri No’ong, Katimus dan Ciu.

Yutti menjelaskan, kue putri no’ong terbuat dari parutan singkong yang ditambahkan dengan gula pasir serta pewarna makanan. Kemudian dibalutkan pada sebuah pisang. Kalau Ketimus terbuat dari singkong parut yang dikukus, dicampur gula merah, dan dibungkus daun pisang.

Lebih lanjut ia menjelaskan, “satu lagi yang ini namanya ciu. Artinya aci atau tepung kanji sedangkan cau itu artinya pisang.  Jadi, kue yang di dalamnya diisi pisang.”

Waviq Amiqoh, peserta dari Gresik dan Suparlan dari Kediri merasakan kehangatan dalam tubuhnya usai meminum bajigur dan bandrek yang diberikan Yutti, sama seperti yang dirasakan peserta lainnya “terimakasih panitia,” ujarnya (*)

Penulis Tri Eko Sulistiowati Editor Wildan Nanda Rahmatullah

Exit mobile version