PWMU.CO – Mulai Selasa (12/9) hingga dua pekan ke depan, sebanyak 34 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan 31 mahasiswa Singapore Polytechnic (SP) akan melakukan kegiatan pengabdian masyarakat di Kota Batu, melalui skema program bernama Learning Express (LEx). Program yang didanai Tamasek Foundation ini dikelola langsung oleh International Relations Office (IRO) UMM.
Saat ini, menurut koordinator LEx UMM Karina Sari, program ini telah memasuki tahun ketujuh. LEx diadakan dua kali setahun, yakni setiap bulan Maret dan September, di mana setiap batch mengusung proyek yang berbeda. Pada batch kali ini, tiga proyek yang menjadi fokus LEx yakni kampung pisang, produksi bawang goreng, dan produksi jamu tradisional. Kolaborasi 65 mahasiswa ini bertugas menciptakan teknologi baru dalam tiga proyek tersebut.
”Terkait teknologi apa yang akan mereka ciptakan, semua itu berdasarkan hasil analisis problem yang mereka temukan di lapangan. Dari analisis nanti akan dibuat solusi untuk menyelesaikan permasalahan itu,” ujar Karina.
Sebelum menciptakan teknologi baru, sejumlah peserta LEx UMM telah mengikuti pelatihan design thinking di Singapore. Selanjutnya, tiga proyek yang berlangsung dua minggu ke depan akan menjadi media aplikasi pelatihan design thinking yang didapatkan mahasiswa UMM di Singapore tersebut. Output-nya, kata Karina, bekerja sama dengan Laboratorium Teknik UMM mahasiswa akan menciptakan alat untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan pekerjaannya.
”Tujuannya, teman-teman baik dari UMM maupun SP akan aware dengan permasalahan yang ada di masyarakat. Karena sebagai mahasiswa, yang sulit itu justru kembali ke masyarakat. LEx hadir sebagai media belajar agar nantinya ketika lulus, siap terjun menyelesaikan problem-problem ada di masyarakat,” ujar Karina.
Karina mencontohkan pada proyek LEx sebelumnya, kolaborasi mahasiswa UMM-SP menghasilkan alat berupa prototype dryer atau mesin pengering. Dryer ini sangat bermanfaat untuk mempercepat proses produksi miniatur truk di desa Temas, Batu.
”Jadi memang fokus program ini untuk menghasilkan alat yang berguna bagi masyarakat, ingin melakukan program inovasi sosail yang cepat dan tepat kebermanfaatannya,” tutur Karina.
Salah satu peserta LEx UMM, Miarti Amanah Riesky mengaku tertarik mendaftar LEx lantaran ingin menjadi mahasiswa yang lebih terbuka dengan dunia luar, baik masyarakat lokal maupun asing.
”Ingin belajar memahami cara berpikir orang lain dan problem solving karena program ini mengajarkan kita berpikir cepat dalam menyelesaikan masalah,” harap mahasiswa Hubungan Internasional UMM ini.
Tak hanya itu, sebagai bonus keikutsertaan ini, peserta LEx juga akan mendapatkan sertifikat yang diakui secara internasional. Nantinya, sertifikat ini dikatakan Karina akan dapat bermanfaat dalam berbagai hal. ”Misalnya akan mendaftar beasiswa, sertifikat ini akan berpengaruh,” ujar Karina.(ich/han/aan)