Iman Pasu Marganda Hardiarto Purba SH. MH yang sebagai Kasubdit PPKS Unesa menjelaskan akan bahaya toxic relationship (Nashiiruddin/PWMU.CO
PWMU.CO – Ada yang spesial dalam Forum Ta’aruf dan Orientasi Siswa (Fortasi) SMA Muhammadiyah 1 Taman (Smamita) pada Selasa (16/7/2024). Yaitu adanya pembekalan kepada siswa-siswi barunya mengenai pencegahan dan penanganan kekerasan seksual.
Hadir sebagai pemateri dalam kegiatan tersebut adalah Iman Pasu Marganda Hardiarto Purba SH MH. Sebagai informasi, Iman merupakan Kepala Subdirektorat Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual Universitas Negeri Surabaya (Kasubdit PPKS Unesa).
Akar Kekerasan Seksual
Di hadapan para peserta Fortasi, dirinya menjelaskan akar kemunculan pelecehan fisik. “Persoalan muncul itu karena suka sama suka yang menyatakan saling cinta. Saya punya perasaan suka dengan kamu dalam artian naksir” ujarnya. “Terus kemudian banyak yang melakukan pelecehan fisik sama pacarnya” sambung Iman.
Lebih lanjut, Iman juga menerangkan ciri-ciri dari pelecehan fisik tersebut. “Ciri-cirinya yang pertama ada pada kontrol yang berlebihan. Kalau sekarang ada orang di sekitarmu itu lebih berhak dibanding orang tua kamu saya pastikan kamu terjebak dalam toxic relationship” terangnya. Ia juga berpesan agar para murid berhati-hati, dan berujar jika tidak ada satu orang pun di dunia ini yang berhak mengontrol lebih dari orang tua.
“Selanjutnya ada kekerasan fisik dan verbal karena dia merasa punya kontrol terhadap kamu. Lantas kemudian dia merasa berhak mengatur kamu” tegas Iman.
“Kalau kamu tidak taat dan tidak memenuhi apa yang dia mau maka masuk kekerasan fisik. Mulai membanting barang, memukul ini menunjukkan dia punya kontrol terhadap kamu” tutur pria yang meraih gelar S1 dan S2 dari Universitas Sumatera Utara tersebut.
Berlanjut pada Verbal
Jika kebiasaan tersebut terus berlanjut, ujar Iman, bukan mustahil akan semakin parah. “Lama-lama dia akan mulai verbal melakukan kekerasan kepada kamu, menghina, melecehkan” kata Iman.
Namun, karena sudah terjebak dalam toxic relationship, umumnya korban bertindak seolah-olah tidak apa-apa, dan menganggap ini pengorbanan cinta yang harus terbayar. “Tidak ada seperti itu, dan itu tidak benar” ujar Dosen kelahiran 1985 tersebut.
Tidak berhenti di sana, gejala kekerasan seksual akan berlanjut dengan cemburu berlebihan yang terkemas dengan zaman persahabatan teman tapi mesra atau hubungan tanpa status. “Kalau hubungan tanpa statusmu ternyata kemudian dia cemburu berlebihan kamu lagi jalan dengan sepupu dan dia langsung marah-marah maki-maki dipastikan juga toxic relationship” tegas Iman.
Ketergantungan Emosional
Bila terus berlanjut, menurut Iman, toxic relationship tersebut juga dapat menimbulkan ketergantungan emosional seperti tiba-tiba sangat menggantungkan perasaan terhadap pasangan. “Demikian sebaliknya, kamu butuh validasi dari dia kamu lagi apa, sedang sama siapa atau misalnya kamu tidak membalas misalnya beberapa jam yang lalu itu juga toxic relationship” tambah Iman.
“Selain itu ada yang meminta kalau kamu benar-benar sayang dan tidak dekat dengan dia. Tolong kirim foto kamu setengah telanjang dan ini terjadi diam-diam” terang Iman. Pelakunya, ujar Iman, akan mengancam korban pada waktunya. Ketika menolak untuk mengirimkan foto, maka akan ada ancaman menyebar foto hati-hati.
“Terlihat hebat sekali orang yang kamu anggap punya komitmen persahabatan relasi tanpa status. Pacaran tiba-tiba dia bisa tahu kamu itu menganggap saya paling tahu dalam hidup kamu” katanya. Lalu ketika korban melakukan sesuatu, pelaku mampu memanipulasi memainkan perasaan korban sehingga yang pertama muncul rasa bersalah.
Ketika muncul rasa bersalah serta rasa takut tersebut, seketika muncul rasa takut dari korban yang kemudian seolah-olah ingin tunduk kepada pelaku. “Akurasinya saya harus mengikuti apa yang dia bilang. Kalau sekarang teman kamu sedikit-dikit bentar ya saya tanya dulu ke pacar saya, kamu sudah termasuk toxic relationship. Kenapa kamu lebih takut kepada dia daripada kebenaran?” tegas Iman.
Perempuan Bisa Jadi Pelaku
“Jadi kemampuan manipulasi yang dimiliki oleh seseorang itu membuat perasaan menjadi seperti itu. Orang mengatakan sayang kepada kamu kalau yang dilakukannya adalah mengisolasi kalian. Saran saya bertobatlah di jalan yang benar jangan karena itu ingat kamu itu bukan siapa-siapa”.
“Itu adalah anak orang dia punya orang tua dia mempunyai kehidupan dia mempunyai keluarga. Mayoritas pelakunya seorang laki-laki yang jadi pelaku” ujar Iman. Kendati demikian, bukan berarti tidak ada perempuan yang menjadi pelaku.
“Banyak juga perempuan yang mengisolasi pacarnya. Awas ada juga yang seperti itu karena cinta buta dan hasilnya demi cinta saya mau” tambah Iman.
Selain itu, Iman juga mengutarakan bahwa yang paling parah dari pergaulan bebas adalah ujungnya mulai berani jalan-jalan ke luar kota, sewa kamar, beli alat pengaman. “Saya pernah tanya pada korban mengenai seks apakah sebagai kebutuhan atau keinginan. Saya kagetnya ketika dia bilang kebutuhan” kisah Iman.
“Waduh belum menikah sudah berani bilang hubungan seks sebagai kebutuhan. Sekali saja kamu melakukan hubungan seks kamu tidak tahu kenapa tapi entah mengapa hasratmu ingin mengulangi hal yang sama” ujar Iman mengingatkan.
Menjaga Kehormatan dengan Iman
“Bagi anak-anakku yang perempuan satu kali kamu mengizinkan orang lain menyentuh tubuh kamu yang bukan suamimu. Saya yakin kamu pasti merasa orang yang paling hina di muka bumi ini dan tentunya memulihkannya butuh waktu yang panjang dan lama” tegasnya.
“Jaga kehormatan kalian dengan kekuatan iman. Kita lawan semua itu dan sudah pasti banyak mudaratnya karena bisa berhubungan dengan penyakit HIV/AIDS” pesan Iman. Yang terberat, menurut Iman, adalah ketika korban tidak mengasihi dirinya lagi.
“Kemudian kamu merasa seperti sampah kira-kira begitu yang disampaikan oleh para korban. Saya tidak merasa berharga lagi saya tidak sayang lagi. Tetapi itu akan kita bantu secara psikologis supaya tidak mengulangi lagi” ujar Iman kepada para murid SMA Muhammadiyah 1 Taman.
Yang terakhir, Iman juga berujar bahwa laki-laki yang sudah menyetubuhi pacarnya cenderung mencoba perempuan yang lain. “Jadi jangan percaya dengan rayuan gombal pacar kamu. Jadi seandai sudah berani pegang tangan kamu cium tangan kamu, cium-cium kamu, putuskan hari ini. Itulah awal dari kehancuran” pungkasnya.
Penulis Nashiiruddin, Editor Danar Trivasya Fikri