PWMU.CO – “Bermuhammadiyah. Kenapa dinamakan Muhammadiyah?”
Hal tersebut disampaikan oleh Ustadz Khoirul Faizin Lc, anggota Majelis Tarjih PDM Surabaya dan LDK PWM Jatim (Divisi Dakwah Khusus) ketika memulai kajiannya.
Kajian ini merupakan kegiatan yang biasa dilaksanakan oleh Majelis Tabligh PCM Tambaksari. Kegiatan yang bernama Kajian Sang Fajar kali ini dilaksanakan di Masjid Al-Furqon, Jl Kapas Madya III Kenjeran Surabaya, Ahad (21/7/2024).
“Syarat orang yang mencintai Allah adalah mengikuti Nabi Muhammad. Jadi Bermuhammadiyah sejatinya kita mengamalkan isi Al-Qur’an, yakni mengikuti Nabi Muhammad,” jelas Ustadz Faizin.
Dia menerangkan bahwa bermuhammadiyah berarti kita mengikuti sosok Nabi Muhammad SAW baik kesalihannya, cara berpakaiannya, tindak tanduknya, sunnah-sunnahnya, dan sebagainya.Bentuk ibadah ada yang vertikal, yakni kepada Allah, dan horizontal, yakni bentuk ibadah sosial. Contohnya adalah menghormati orang tua, dan menyantuni orang miskin.
Kepedulian Sosial
“Untuk itu, Muhammadiyah mengamalkan firman Allah untuk berlaku ihsan pada anak yatim dan fakir miskin,” ujarnya.Dia juga menerangkan bahwa bukti kepedulian Muhammadiyah dalam bidang sosial adalah keberadaan panti asuhan.
Di Surabaya saja, ada 20 panti asuhan yang terafiliasi dengan Muhammadiyah.
Peduli pada Tetangga
“Selain itu, kita tanpa sadar mengamalkan surah an-Nisa’ ayat 36, yang memerintahkan untuk berbuat baik dengan tetangga,” pesan Ustadz Faizin.
Dengan begitu, tanpa sadar kita sudah menjalankan surah tersebut sebagai warga Muhammadiyah. Hal ini karena tentu tetangga yang dimaksud adalah dalam ranah RT dan RW, yang artinya kita diperintahkan untuk berbuat baik dengan mereka.
Mentauhidkan Allah
“Bermuhammadiyah yang benar itu juga berarti kita mentauhidkan Allah,” kata Ustadz Faizin.
Sebagai bukti kita menjadi warga Muhammadiyah, Ustadz Faizin menerangkan bahwa ketauhidan kita pada Allah itu perlu dibuktikan pada perbuatan.
Sebagai warga Muhammadiyah, tentu menjadi dasar keyakinan kita untuk menjauhi segala bentuk kesyirikan. Karena hal inilah yang berusaha dihilangkan oleh KH Ahmad Dahlan, yakni agar umat Islam itu jauh dari yang namanya tahayyul, syirik, dan khurafat.
“Bermuhammadiyah yang benar, berarti kita mengikuti Nabi Muhammad. Yakni shalih kepada Allah, shalih secara sosial, dan menjauhi kesyirikan. Selain itu, Muhammadiyah termasuk dalam ahlussunah wal jama’ah. Muhammadiyah memaknai itu dengan metode dakwah kolektif kolegial, yakni berdakwah di bidangnya sendiri, secara bersama-sama,” tutupnya. (*)
Penulis/Editor Wildan Nanda Rahmatullah