PWMU.CO – Konsumsi energi di Indonesia jauh lebih besar ketimbang produksinya. Untuk meminimalisir ketidak berimbangan itu, Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang (FT UMM) Ir Sudarman MT menghimbau mahasiswa FT UMM agar sadar energi dan terus berkontribusi untuk dapat mengembangkan energi baru terbarukan.
”Mahasiswa UMM kami tutut peduli pada cadangan migas kita. Sejak 2007, FT UMM selalu mendorong mahasiswa mengembangkan energi baru terbarukan,” tutur Sudarman pada kegiatan Migas Goes to Campus yang diadakan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Migas ESDM) di UMM, Jumat (15/9).
(Baca: Fatin Shidqia Terpukau Antusiasme Mahasiswa Baru UMM)
Hingga kini, kata Sudarman, UMM telah mengembangkan energi baru terbarukan pada air dan mikrohidro. ”Sejauh ini sebatas air dan mikrohidro. Angin dan migas masih belum,” imbuhnya.
UMM, lanjut dia, juga mengembangkan photovoltaic untuk menyokong penerangan di area UMM. Pengembangan ini, dapat memasok kebutuhan listrik UMM hingga 20 persen di 30 unit. ”Jika dirupiahkan, setara dengan penghematan 20 hingga 50 juta per bulan. Setara 200 kwh atau 200 rumah,” terang Sudarman.
Ke depan, UMM berencana akan mengembangkan energi lain. Yang terdekat ialah bahan bakar nabati dari minyak jarak yang merupakan tindak lanjut dari pengembangan yang sudah dimulai tahun 2007 silam. ”Di bawah laboratorium mikrobiologi, kerja bareng FT,” papar Sudarman.
(Baca juga: UMM Teguhkan Karakter Kebangsaan Mahasiswa)
Sekjen Migas ESDM Susyanto MHum menambahkan kegiatan Migas Goes to Campus ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan pada civitas akademika terhadap program-program Kementerian ESDM di sektor migas. Juga, sebagai media untuk mendapatkan ide-ide cemerlang dari mahasiswa maupun civitas akademika akan penemuan energi baru dan terbarukan.
”Di era 90-an, komoditi migas menyumbang kontribusi nomor dua setelah pajak. Sekarang, hasil ini menurun. Untuk itu, Indonesia tak bisa lagi menggantungkan migas sebagai komoditi untuk pendapatan negara,” ungkapnya.
Diprediksi, hingga tahun 2021, sektor migas masih tetap mendominasi prosentase pendapatan negara. Hanya saja prosentasenya akan berubah. Dari penggunaan sebelumnya sebesar 24,29 persen, sektor migas hanya akan digunakan sebesar 22 persen saja.
(Baca juga: 2 Faktor yang Dorong 105 Mahasiswa Asing Kuliah di UMM)
”Fakta ini, berbanding terbalik dengan posisi Indonesia sebagai negara yang memiliki sumber daya minyak dan gas cukup besar,” urainya.
Saat ini, produksi migas sebesar 820barrels of oil per day (BOPD). Hal ini tidak berbanding lurus dengan konsumsi migas sebesar 1,6 juta BOPD. Sementara, pertumbuhan konsumsi migas meningkat mencapai tiga persen per tahun. Sehingga, untuk memenuhi kebutuhan, sejauh ini Indonesia masih mengimpor hingga 780 BOPD.
”Jika tidak ada penemuan potensi migas baru, maka proyeksi produksi minyak hingga 2050 akan terus menurun. Oleh karenanya, kami di kementerian ESDM bermimpi tahun 2025 harus mandiri migas dan tidak impor lagi,” pungkasnya.(hum/aan)